Menggali Spirit Sumpah Pemuda Bagi Pustakawan Muda : Refleksi Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober

Oleh: Triningsih, S.IP
(Pustakawan Muda IAIN Surakarta)
#BanggaIAINSurakarta

 

28 Oktober adalah Hari Sumpah Pemuda. Bagi Bangsa Indonesia, hari tersebut adalah hari yang sangat bersejarah serta penting. Peringatan itu dilatar belakangi oleh peristiwa Sumpah Pemuda yang terjadi pada 89 tahun yang lalu atau tepatnya tanggal 28 Oktober 1928 merupakan kelanjutan dari perjalanan perjuangan anak bangsa 20 tahun sebelumnya yang mengumandangkan Kebangkitan Nasional. Sumpah Pemuda tersebut adalah janji dari pemuda-pemudi Indonesia yang berikrar untuk bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu.

Lebih jauh lagi dijelaskan oleh Syam, Firdaus dalam Renungan Bacharuddin Jusuf Habibie Membangun Peradaban Indonesia (2009 : 85) mengemukakan bahwa persoalan peristiwa Sumpah Pemuda, bukan semata sebuah tekad untuk membangun satu kekuatan Nasionalisme dari para pemuda dari berbagai daerah di Nusantara, yang turut berkumpul dengan antusias dalam kongres pemuda tersebut. Peristiwa itu juga, bukan hasil kontemplasi semata atau perenungan anak bangsa dalam melihat dan menatap apa yang harus diputuskan demi nasib masa depan sejarah bangsanya. Peristiwa itu pun, bukan semata-mata satu tekad untuk mengusir kolonial (kaum penjajah), dimana organisasi pemuda sebagai alat, dan pertemuan hasil Kogres Pemuda di tahun 1928 itu sebagai “Tekad” yang kuat yang membaja dari anak-anak muda masa itu. Lebih dari itu, secara esensial juga “ikrar” yang dikumandangkan merupakan hasil pengorbanan yang luar biasa dari organisasi-organisasi pemuda pada saat itu, yang dengan sadar mau meleburkan diri dari halaman baru sejarah bangsanya kelak.

Pemuda sebagai Ujung Tombak

Kita bisa tahu melalui kitab suci Al-Qur’an tentang peran dari para nabi dan rosul. Mereka adalah manusia pilihan di zamannya untuk melakukan suatu perubahan pada umatnya. Para utusan tersebut merupakan kaum muda pembawa misi perubahan besar bagi sejarah bangsanya dan manusia semesta alam ini. Kenapa yang dipilih itu adalah para pemuda? Karena perasaan pemuda lebih peka dibandingkan dengan orang tua.

Kita bisa juga tahu dalam sejarah sosial dan politik modern terdapat nama-nama besar yang bermunculan. Dengan pencerahan yang telah dilakukannya yaitu membangun identitas nasional dan membangun perasaan bersama. Misalnya Tito (Yugoslavia), Mahatma Gandhi dan Nehru (India), Sun Yat Sen dan Mao Zedong (Cina), Ho Chimin (Vietnam), Mohammad Ali Jinah (Pakistan), Kemal Attaturk (Turki), Teuku Abdurrahman (Malaysia), Yose Rizal (Philipina), Fidel Castro dan Che Guevera (Kuba), Nkrumah (Gana), Mandela (Afrika Selatan), Gamal Abdul Nasser (Mesir), Khoemini (Iran), Lech Walensa (Polandia).

Dalam sejarah sosial dan budaya politik Indonesia, juga terdapat orang muda terpandang dan terpelajar membawa misi perubahan bagi kaumnya dengan wawasan kultural yang baru, bermakna, dan berdimensi ke depan. Misalnya Wali Songo dengan ajarannya yang mengena dengan tradisi masyarakat setempat. Cut Nya Dien, Pattimura, Kartini, serta deretan tokoh pahlawan lainnya yang jiwa heroiknya patut diacungi jempol. Tidak ketinggalan presiden Indonesia yang pertama yaitu Soekarno.

Pustakawan Muda

Dalam bahasa inggris pustakawan disebut sebagai “librarian” yang juga terkait erat dengan kata “library”. Sedangkan menurut kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia dikatakan bahwa yang disebut pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatana perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi, dan informasi yang dimiliki melalui pendidikan.

Seorang pustakawan dikatakan muda sesuai dengan kriteria tertentu. Pengertian pustakawan muda bisa dilihat dari dua aspek. Aspek yang pertama yaitu muda dari segi umur atau usia. Sedangkan aspek yang kedua yaitu dari segi jabatannya sebagai seorang pustakawan.

Yang pertama adalah muda dari segi  umur. Muda sama  dengan pemuda. Menurut Taufik Abdullah (1974), pemuda adalah generasi baru dalam sebuah komunitas masyarakat untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Masa muda/ kepemudaan/ pemuda adalah suatu fase yang berada dalam siklus kehidupan manusia, dimana fase tersebut bisa kearah perkembangan atau kemajuan (Koentjaraningrat, 1997). Sedangkan menurut RUU Kepemudaan bahwa arti dari pemuda adalah individu yang berusia 18 sampai dengan 35 tahun.

Yang kedua adalah muda dari segi jabatannya sebagai seorang pustakawan. Sesuai dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya, disitu bisa dilihat bahwa jabatan Pustakawan Muda ada di atas Pustakawan Pertama. Dan diatas Pustakawan Muda masih ada Pustakawan Madya serta Pustakawan Utama. Bisa dikatakan bahwa pustakawan muda adalah masa dimana dia bisa berkreasi dan berinovasi untuk sebuah perubahan yang lebih baik. Perubahan untuk membangun peradaban bangsa sesuai dengan bidangnya.

Oleh karena itu, di Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober yang sangat bersejarah ini, pustakawan muda bisa mengambil spirit yang terkandung di dalamnya. Sebagai pustakawan muda yang harus mempunyai “tekad”  yang kuat sekuat baja dan juga ber “ikrar” untuk meleburkan diri dalam dunia profesinya membangun perubahan bangsanya. Semoga.