Menggugah Kepedulian Sosial Melalui Bacaan Yang Optimal

Oleh: Vilya Lakstian Catra Mulia, S.Hum., M.Hum.
(Dosen Linguistik dan Bahasa Inggris di FITK IAIN Surakarta)

#BanggaIAINSurakarta

 

“…. Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”

 

Terjemahan dari Q.S Az Zumar ayat 9 di atas menunjukkan pentingnya pengalaman belajar dalam menambah wawasan manusia. Sekolah berperan penting dalam mewujudkannya. Guru memiliki peran utama dalam menghadirkan wacana (discourse) yang beragam untuk pengalaman belajar sehingga siswa-siswi mengetahui ihwal di sekitarnya dan bagaimana orang-orang menghadapinya.

Kenyataan ini berlanjut pada begitu krusialnya literasi sosial agar teks dapat terinternalisasi dalam diri mereka. Teks diharapkan mampu untuk membangkitkan aspek emosional peserta didik sehingga mereka memiliki sikap peduli, menghargai, dan menghormati. Hal ini merupakan kenyataan bahwa manusia hidup bersama manusia lainnya, bahkan lingkungan di sekelilingnya.

Lingkungan sosial menjadi topik yang menarik untuk dikaji secara mendalam dimana teks atau wacana hadir menampilkan konteks budaya sosial (bermasyarakat). Di sekolah, guru berperan sebagai mediator antara realitas sosial, teks, dan peserta didik. Kurikulum membingkainya menjadi kesatuan yang sistematis dalam seting formal pendidikan. Sedangkan, bahasa berkedudukan sebagai medium penyampaian nilai-nilai yang diajarkan.

Inilah yang menjadi kajian yang saya teliti dalam penelitian saya yang berjudul STRATEGI KEUTUHAN TEKS BACAAN DALAM MENGOPTIMALKAN KEPEDULIAN ANAK TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL. Penelitian ini kemudian telah dipublikasikan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia melalui jurnalnya: Dialog – Jurnal Penelitian dan Kajian Keagamaan Volume 40, 2017. Mewakili IAIN Surakarta, penelitian saya difokuskan pada kajian kebahasaan. Dengan pendekatan linguistik sistemik fungsional (systemic functional linguistics)pada tingkat wacana, saya meneliti teks dengan tema Peduli Lingkungan Sosial pada buku bacaan sekolah dasar yang menggunakan kurikulum 2013 dengan menginvestigasi kelengkapan wacana dalam penyampaian informasi kepada anak.

Genre teks sebagai jenis komunikasi yang dinyatakan dengan memberikan konteks. Sedangkan teks untuk sekolah didasari oleh seting formal dalam panduan standar pendidikan (Chamberlain & Thompson, 1998:1; Coulmas, 2013: 58; Cope & Kalantzins, 1993).Genre teks berkontribusi besar dalam menyampaikan nilai-nilai sosial  dengan berbagai cara (sebagaimana sifat alaminya, yaitu membawa fungsi sosial) seperti: mendeskripsikan, menceritakan, hingga menjelaskan.

Teks yang ada di buku telah dikompilasi agar tetap dalam lintasan kompetensi yang diharapkan. Konsep tematik terpadu yang digunakan dalam kurikulum 2013 melihat dunia sebagai suatu keutuhan yang terhubung. Hal ini kemudian tampak pada terciptanya jalinan keterpaduan konten mata pelajaran (lihat Paparan Mendikbud pada Workshop Pers di kemdikbud.go.id). Namun dalam analisis kekuatan teks, masih terdapat celah dimana tahap-tahap (staging) penyampaian teks tidak selengkap pentahapan secara formal. Hal ini menunjukkan bahwa teks yang dihadirkan mayoritas secara informal (selengkapnya, lihat halaman 27).

Kreatifitas guru sangat dibutuhkan untuk mengisi celah itu. Guru perlu mengisi berbagai aktifitas yang relevan untuk mengisi celah teks. Misalnya, kurangnya tahap orientasi pada teks naratif dapat dilengkapi dengan aktifitas berupa memotivasi siswa untuk mendeskripsikan seting dan partisipan (selengkapnya, lihat halaman 28). Namun dibalik itu,  ini adalah saatnya guru dapat menunjukkan sikap profesionalnya dalam penguasaan materi.

Sebaran genre teks yang beragam semakin memperkaya pengalaman anak dalam belajar melalui bacaannya. Inilah yang menarik dari teks, bahwa suatu pesan dapat disampaikan dengan cara yang bermacam-macam (lihat tabel sebaran genre teks di halaman 28).

Saat ini pendidikan karakter menjadi hal yang krusial bagi pembangunan manusia Indonesia. Teks yang ada di masyarakat, dan khususnya di dalam domain pendidikan, perlu mendapat perhatian penuh agar tetap dalam lintasan ideologi yang selaras dengan jiwa Indonesia dan manusia yang beriman dan bertaqwa. Teks juga sebaiknya tetap memperhatikan keutuhannya, agar informasi sepenuhnya tersampaikan. Guru diharapkan juga mampu secara kreatif merespon teks. Hal ini juga sekaligus melengkapi kekurangan yang masih dapat ditemui di dalam teks.

Selengkapnya, artikel jurnal penelitian ini dapat diunduh di situs resmi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI pada tautan berikut:

https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/posting/read/1937-Jurnal-Dialog-Vol-40-No-1-2017