Retno Pangestuti, Dosen FITK yang Harumkan IAIN Surakarta di Tokyo


SINAR
– Melalui maha karya berjudul “New Dimension for Elementary School Readiness Instrument in Pre-school Children, Bandung, West Java, Indonesia”, perempuan bernama lengkap Retno Pangestuti, M. Psi. mengharumkan nama IAIN Surakarta di kancah internasional. Paper tersebut mendapatkan award internasional, menjadi The Best Paper di Internasional Conference on Education and Social Science, Tokyo, Japan.

29-30/10/2017, menjadi hari bersejarah baginya. Ia mempresentasikan karya ilmiahnya tersebut dihadapan para peneliti dan akademisi yang hadir pada waktu itu.

Retno, sapaan akrabnya, merupakan dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) IAIN Surakarta.

Kepada team Humas, Retno menjelaskan bahwa paper tersebut isinya berkaitan dengan dunia anak, “Tentang pengukuran kesiapan mengikuti SD buat anak-anak”, terang dosen yang ahli dalam bidang psikologi perkembangan anak ini, Minggu (04/02/2018).

“Dalam pengukuran kesiapan masuk SD di Indonesia lebih banyak menekankan pada kemampuan kognitif anak. Sehingga diperlukan pengembangan alat ukur yang lebih komprehensif. Berdasarkan penelitian empirik yang kami lakukan, tes kesiapan mengikuti SD meliputi aspek fisik-motorik anak, kognitif, sosial-emosional, pendekatan belajar, bahasa dan satu lagi aspek nilai agama dan moral yang khas di negara beragama seperti Indonesia. Namun, belum tentu ditemukan pada negara lain terutama negara-negara barat. Alat ukur tersebut kemudian diuji cobakan pada anak-anak di kecamatan Jelekong, Bale Endah, Bandung. Validitasnya diuji dengan Confirmatory Factor Analysis. Hasilnya valid secara konstruk. Demkian pula reliabilitasnya juga diuji menggunakan koefisien alpha cronbach. Dengan hasil yang reliabel“, tambahnya.

Retno adalah perempuan tangguh, ditengah kesibukannya mengajar dan mengasuh buah hatinya, ia saat ini sedang menempuh S3 di Universitas Padjadjaran (UNPAD), Bandung.

Walaupun karya ilmiahnya mendapatkan pengakuan dunia, Retno tetap tawadhu’, “Aduuh.. ini yang sulit dijawab. Saya juga ga ngira bakal jadi the Best. Saya pikir-pikir dulu ya”, demikian tuturnya saat ditanya tips hingga paper-nya mendapatkan award internasional. (Win/Humas Publikasi). #BanggaIAINSurakarta.