Wabup Sukoharjo Ajak Civitas Akademika Membumikan Falsafah Pancasila

SINAR- Wakil Bupati (Wabup) Kabupaten Sukoharjo Purwadi, S.E., M.M beserta rombongan berkesempatan hadir pada Seminar Nasional bertajuk Multikulturalisme Indonesia Dalam Timbangan Poskolonial dan Hegemoni Radikalisme Agama, pada Kamis, (22/3) di Gedung Graha IAIN Surakarta.

Hadir sebagai keynote speaker mewakili Bupati Sukoharjo yang berhalangan hadir, Purwadi sampaikan tiga poin penting sebagai upaya membumikan falsafah pancasila membangun paradigma multikultural. yaitu Multikultural di tengah tantangan zaman, Multikultural pada hegemoni neokolonialisme dan Multikultural pada radikalisme agama. Selain itu beliau juga menyampaikan sembilan fungsi dan peranan pancasila diantaranya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila sebagai sumber etika moral dan budaya, Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila sebagai pemersatu bangsa, Pancasila sebagai jiwa bangsa, Pancasila sebagai kepribadian bangsa, Pancasila sebagai perjanjian luhur, Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber tertib hukum.

Sementara itu Dekan Fakultas Ushuludin dan Dakwah IAIN Surakarta Dr. Imam Mujahid, S.Ag., M.Pd. menyampaikan ucapan terima kasaih kepada Wabup Sukoharjo beserta jajaran yang telah menyempatkan hadir, semoga dengan kehadiran beliau membawa berkah pada acara ini, ujarnya. Selain itu beliau juga berharap agar silaturahmi dan kerjasama yang telah berjalan dengan baik selama ini akan terus terjalin dan menjadi semakin erat.

Seminar yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Aqidah dan Filsafat ini dihadiri oleh mahasiswa filsafat dari berbagai daerah di Indonesia diantaranya Aceh, Riau, Jakarta, Palembang, Palu dll. Dengan menghadirkan dua narasumber yang ahli di bidangnya yaitu Prof. DR. H. Andri Purwasito dan DR. Phil. Reza A.A. Wattimena.

Phil. Reza A.A. Wattimena dalam paparannya menyampaikan tegangan Abadi antara universalisme dan partikularisme tidak bisa diselesaikan dengan memeluk paham multikulturalisme. Di abad 21 ini, neokolonialisme dan radikalisme agama juga tidak bisa di damaikan dengan mencebur ke multikulturalisme. Jalan keluar yang ditawarkan adalah dengan memahami dan memeluk paham kosmopolitanisme yang memiliki dampak di berbagai bidang kehidupan, mulai dari politik sampai dengan kesehatan. Perdamaian dunia hanya dapat tercapai jika setiap orang mampu menemukan kedamaian di dalam hatinya.

Disisi lain Prof. DR. H. Andri Purwasito memberikan solusi agar Indonesia menjadi negara yang panjang punjung, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem, karta tur raharjo, Pancasila perlu di ajarkan kepada masyarakat melalui berbagai cara seperti di jawa misalnya melalui media pertunjukan wayang kulit, kethoprak, wayang wong dll. Dalam hal ini negara harus hadir bersama komponen bangsa yang lain seperti dunia pendidikan, media massa dan komunitas. (Zat/Humas Publikasi) #BanggaIAINSurakarta