SURAT TERBUKA UNTUK SAUDARA YTH. ARTERIA DAHLAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Oleh: Dr. H. Mudofir, S.Ag., M.Pd
(Rektor IAIN Surakarta)

 

Dalam rapat Komisi III dengan Kejaksaan Agung tanggal 28 Maret 2018, Saudara mengumpat Kementerian Agama dengan kata-kata tidak terhormat, ‘bangsat!’ Kalimat “bangsat” yang ditujukan kepada Kementerian Agama sangat melukai dan merendahkan lembaga Negara yang dijamin konstitusi. Kata ‘bangsat’ hanya patut oleh setan untuk setan. Bahkan setan pun tak sudi memakai kata-kata itu, karena mereka juga punya harga diri. Apalagi Saudara bilang Kementerian Agama ‘bangsat’ seluruhnya. Saudara telah merendahkan seluruh perjuangan Kementerian Agama: sejarahnya, moralitasnya, nilai-nilainya, visi-misinya, dan kontribusinya kepada bangsa dan negara.

Saya sebagai PNS di lingkungan Kementerian Agama sangat tersinggung dengan umpatan Saudara. Umpatan Saudara menihilkan semua nilai dengan seluruh standarnya yang selama ini saya dan Komunitas Kementerian Agama pegang serta telah menjadi panduan moral. Saudara tidak mengumpat kepada oknum, tapi seluruh warga Kementerian Agama termasuk institusinya. Saya mendukung sepenuhnya semua penegakan hukum yang dilakukan oleh siapa saja. Dan selama ini Kementerian Agama mendukung sehabis-habisnya seluruh upaya pemberantasan korupsi.

Sebagai anggota DPR RI yang terhormat, Saudara mestinya sadar setiap kata dan perilaku Saudara punya implikasi-implikasi sosial dan politik. Dengan umpatan ‘bangsat’ kepada Kementerian Agama seluruhnya, Saudara sedang menggali kuburnya sendiri sebagai anggota dewan. Bukankah dapil Saudara yang berada di Jawa Timur merupakan basis kaum santri yang telah memilih Saudara sebagai anggota DPR RI? Saudara telah melukai konstituennya sendiri. Saudara juga tidak berempati pada perasaan keluarga-keluarga santri yang sebagian besarnya berada di Kementerian Agama.

Sebagai politisi belajarlah tentang kearifan dalam bertutur kata. Belajar juga pada kearifan para pendiri bangsa. Belajarlah pada kearifan para politisi PDIP kawakan yang sangat menjunjung tinggi kesantunan, merawat dengan para politisi hijau, dan para tokoh agama. Meski pun mereka berbeda pendapat, mereka tidak saling mengumpat. Setahu saya, tidak pernah dilaporkan dalam rapat resmi di pemerintahan atau dewan keluar kata-kata ‘bangsat’. Jadi, Saudara orang pertama yang menggunakan kata ‘bangsat’ yang ditujukan secara resmi kepada Kementerian Agama.

Dalam penilaian saya sebaga rakyat jelata, kata ‘bangsat’ adalah kata-kata paling kasar yang pernah saya dengar. Sangat tidak pantas ditujukan kepada siapapun, bahkan terhadap binatang–bisa dituntut oleh gerakan kaum ekologis. Saya setuju kalau ada seorang pemimpin publik gampang mengucapkan kata ‘bangsat’ dan sejenisnya tidak lolos sebagai pemimpin. Karena setiap kata kotor yang keluar dari mulut apalagi di forum resmi mencerminkan kualitas pribadi dan jiwanya. Jiwa yang labil dan berbahaya bagi stabilitas lembaga dan negara.

Dalam sejarah, jiwa-jiwa yang rapuh tak pernah menjadi pemimpin besar. Tergerus oleh lingkungan. Terkena hukum seleksi alam untuk tertelan arus. Ternyata dunia dan hukum alam pun berpihak pada moralitas melalui hukum natural selection of the fittest.

Mudhofir Abdullah
ASN di Kementerian Agama