Menumbuhkan Budaya Menulis Generasi Milenial

Oleh : Triningsih
(Pustakawan Muda IAIN Surakarta)

#banggaiainsurakarta

Disampaikan dalam Workshop Kepenulisan dalam rangka DIES NATALIS UKM DINAMIKA IAIN Surakarta XVIII

Rabu 26 September 2018,  Lt.1 UPT.Perpustakaan IAIN Surakarta

 

PROLOG

“Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala”. Ungkapan Sayyid Quthb tersebut memberikan makna yang besar bahwa betapa besarnya manfaat menulis. Peluru hanya melukai anggota badan, sementara dengan tulisan akan memberikan kesempatan orang lain untuk menggunakan pikirannya, imajinasinya, yang kemudian menggerakkan seluruh anggota badan menjadi sebuah tindakan yang nyata.

Jika kita mengamati di lingkungan kita saat ini, masih banyak masyarakat (sivitas akademika) yang lebih mengedepankan budaya ngobrol atau ngerumpi daripada budaya menulis. Kalaupun menulis itupun sebatas menulis status di facebook, whatsapp, atau media sosial lainnya yang berisikan tentang chat maupun curahan hati. Mahasiswa pun menulis makalah baru sebatas menggugurkan kewajiban dosen sebagai salah satu persyaratan mata kuliah.

Mahasiswa yang ada saat ini merupakan generasi milenial. Menurut Strauss dan Howe, 1991 dalam Fitria, 2018, nama lain dari generasi milenial adalah generasi Y, yaitu generasi yang lahir di tahun 1977-1997. Generasi Y mempunyai nilai harga diri dan narsisme lebih besar dari generasi sebelumnya (memiliki anggapan generasi yang lebih baik).

Sungguh ironis, karena mahasiswa yang seharusnya menjadi agent of change dalam sivitas akademika belum menjadikan kegaiatn menulis sebagai budaya mereka. Padahal, dengan memanfaatkan pikiran dan melihat fenomena lingkungan kampus serta menggunakan referensi yang tersedia di perpustakaan, mahasiswa bisa membudayakan menulis sebagai aktifitas sehari-hari.

PEMBAHASAN

Pengertian menumbuhkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2007:1306) yaitu 1.menjadikan (menyebabkan) tumbuh; 2.memperkembangkan, memelihara dsb supaya tumbuh; 3.menimbulkan atau menerbitkan. Sedangkan pengertian budaya (2007: 180) yaitu pikiran; akal budi; hasil.

Menulis adalah sebuah proses penyampaian pikiran sehingga membentuk wacana yang utuh dan bermakna. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dalman (2014:4), bahwa menulis adalah proses penyampaian pikiran, angan-angan, perasaan dalam bentuk lambang/ tanda/ tulisan yang bermakna. Dalam kegiatan menulis terdapat suatu kegiatan merangkai, menyusun, melukiskan suatu lambang/ tanda/ tulisan berupa kumpulan huruf yang membentuk kata, kumpulan kata membentuk membentuk kelompok kata atau kalimat, kumpulan kalimat membentuk paragraph, dan kumpulan paragraph membentuk wacana/ karangan yang utuh dan bermakna.

Mahasiswa sekarang ini bisa disebut dengan generasi milenial. Generasi milenial disebut juga generasi Y, hal itu senada dengan yang dikatakan Strauss dan Howe, 1991 dalam Fitria, 2018), bahwa nama lain dari generasi milenial adalah generasi Y, yaitu generasi yang lahir di tahun 1977-1997. Generasi Y mempunyai nilai harga diri dan narsisme lebih besar dari generasi sebelumnya (memiliki anggapan generasi yang lebih baik). Karena lahir die era kemajuan teknologi, perilaku Generasi Y ini amat sangat bergantung dengan teknologi. Mereka bergantung pada internet untuk mencari beragam informasi termasuk mengumpulkan informasi sebelum pembelian suatu produk.

Menulis adalah sebuah proses

Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak gagasan dalam menuliskannya. Kendatipun secara teknik ada kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian penulis dalam mengungkapkan gagasan. Banyak orang mempunyai ide-ide bagus di benaknya sebagai hasil dari pengamatan, penelitian, diskusi, atau membaca. Akan tetapi, begitu ide tersebut dilaporkan secara tertulis, laporan itu terasa amat kering, kurang menggigit, dan membosankan. Fokus tulisannya tidak jelas, gaya bahasa yang digunakan monoton, pilihan katanya (diksi) kurang tepat dan tidak mengena sasaran, serta variasi kata dan kalimatnya kering (Dalman, 2014:5).

Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, dalam komunikasi tulis terdapat empat unsur yang terlibat, yaitu:

  1. Penulis sebagai penyampai pesan
  2. Pesan atau isi tulisan
  3. Saluran atau media berupa tulisan
  4. Pembaca sebagai penerima pesan

Jenis Tulisan

Kuncoro (2009:25), mengatakan bahwa tulisan terdiri dari bentuk dan isi. Bentuk adalah paparan,uraian, penyampaian gagasan melalui susunan kata dan kalimat. Isi adalah gagasan, pendapat, keinginan, usul, saran yang kita kemukakan lewat tulisan tadi.

Dilihat dari bentuk dan isinya, tulisan terdiri atas dua jenis, yakni

  1. Fiksi (fiction) Yaitu tulisan berdasarkan imajinasi, khayalan, namun tetap berpijak kepada gagasan nyata. Tulisan fiksi disampaikan dalam rangkaian kata dan kalimat yang penuh “bunga” gaya bahasa, metafora, personifikasi, hiperbola, bombastisme, dan sebagainya yang dikategorikan bahasa “sastra”. Tulisan fiksi meliputi prosa (cerita pendek, novel, roman), dan puisi (sajak, lirik, nyanyian).
  1. Nonfiksi (non-fiction) Yaitu tulisan berdasarkan data dan fakta. Tulisan disampaikan dalam bahasa lugas, tidak menggunakan gaya bahasa sastra, walaupun mungkin ada sebagian yang menampilkan kesan “sastra”, terutama pada tulisan berbentuk  esai. Tulisan yang termasuk tulisan nonfiksi adalah reportase, esai, artikel opini, kolom.

Manfaat Menulis :

Berdasarkan sumber referensi yang telah dibaca penulis, ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari kegiatan menulis yaitu :

  1. Psikologis, Menulis erat kaitannya dengan jiwa. Ketika seseorang dapat menyumbangkan ide dan gagasan yang dimiliki kepada orang lain, maka menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. Melalui menulis, seseorang dapat berimajinasi sesuai apa yang dia kehendaki sehingga ia seperti merasakan kebebasana berkejspresi tanpa ada pihak yang mengekangnya. Tidak jarang kemudian ada yang menggunakan kegiatan menulis sebagai terapi penyembuhan terbaik untuk mengobati rasa stres.
  1. Sosiologis, Ada hubungan timbal balik antara penulis dengan realitas masyarakat yang terjadi di sekitarnya. Penulis biasanya mencari ide dengan melihat fenomena yang terjadi di masyarakat.
  2. Ekonomis, Berkaitan dengan keuangan. Karena di beberapa media, jika tulisan kita berhasil dimuat maka ada nilai tambah yang berupa honor. Besaran honornya pun bermacam-macam.
  1. Keilmuwan, Menulis bukan sekedar menuangkan ide dan gagasan, tetapi juga mengasah sejauhmana keilmuwan yang kita miliki. Seberapa banyak buku yang sudah kit abaca dan mampu menuangkannya ke dalam sebuah tulisan yang dapat dipahami oleh banyak orang. Dengan demikian, menulis adalah salah satu cara untuk tetap melestarikan dan menjaga ilmu pengetahuan.
  2. Dokumentasi, Merupakan salah satu cara untuk mendokumentasikan suatu hal, misalnya perjalanan hidup seorang tokoh. Banyak sekali tulisan yang merupakan hasil dokumentasi dari perjalanan hidup seorang yang kemudian dijadikan sebuah buku.
  3. Eksistensi, Menulis merupakan ajang eksistensi diri. Dengan menulis, keberadaan seseorang akan terlihat tampak, baik itu tampak dalam dunia profesinya, maupun dalam masyarakat.

Menumbuhkan Budaya Menulis Generasi Milenial :

Sebagai generasi milenial, sudah seharusnya mempunyai budaya menulis. Upaya yang dilakukan yaitu :

1. Percaya bahwa semua orang mempunyai bakat untuk menulis

Kita bisa menulis hingga menghasilkan berlembar-lembar tentang curahan hati kita kepada teman, pacar, suami, maupun istri. Kita juga bisa menulis status di facebook, whatsapp, maupun media sosial lainnya hingga berjam-jam tidak terasa. Artinya, semua orang mempunyai bakat untuk menulis. Hanya saja perlu meningkatkan keterampilan menulis untuk berbagai kebutuhan. Bagi penulis pemula, menulis adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan. Kata kuncinya satu, yaitu dengan latihan.

2. Percaya bahwa menulis adalah perintah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Al-Qur’an Surat al-‘Alaq 1-5 memerintahkan manusia untuk membaca dan menulis. “bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Membaca dan menulis ibarat dua sisi mata uang. Satu dan lainnya salng menunjang peran dan fungsi masing-masing. Jika ada pendapat orang yang menyatakan bahwa membaca dan menulis membuang-buang waktu, hal itu merupakan kekeliruan yang sangat besar.membaca dan menulis adalah pekerjaan besar bagi orang-orang berperadaban. Pada QS al’Alaq 1-5 Allah menyandingkan kata iqra dengan kalimat ‘allama bi al-qalam yang mengajarkan manusia dengan perantara qalam (menulis). Dalam pandangan Wahbah, sandingan ini memiliki kekuatan yang sangat penting bagi manusia, yaitu Tuhan selain memerintah untuk membaca, juga memerintah untuk menulis. Bahkan Abdullah bin ‘Amru seorang ulama salaf mengungkapkan qayyidu al-ilma bi al-kitabah yaitu ikatlah ilmu dengan menulisnya (Hudiata, 2005 dalam Kuncoro, 2009:3).

3. Mengetahui hambatan dalam menulis

Ada dua faktor yang menjadi hambatan dalam menulis yaitu factor internal dan factor internal, hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan Wisnu Arya Wardhana dan Ardi Suryo Ardianto (2007: 5-6). Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri. Antara lain : belum mempunyai kebiasaan/ kegiatan membaca buku, belum memiliki kemampuan berbahasa yang baik, dan belum ada minat (keinginan) untuk menulis.

Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar. Terdiri atas: kesulitan mendapat bahan acuan (referensi) untuk menulis, kesulitan untuk menemukan topik (tema) bahan tulisan, kesulitan dalam menyusun kalimat yang baku (efektif).

4. Selalu memotivasi untuk istiqomah dalam menulis.

Salah satunya dengan cara ikut komunitas. Aktivitas dalam dunia kepenulisan terus diasah dengan cara ikut serta dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh komunitas. Komunitas dapat berfungsi sebagai sarana inkubator dalam berkarya. Seperti namanya bahwa inkubator merupakan penghangat, jadi dengan adanya penghangat akan memberikan suasana kondusif bagi para anggota komunitas untuk berbagi dan berkarya (Hardiningtyas, Tri & Triningsih, 2018).

5. Manajemen waktu dalam menulis

Mengelola waktu 24 yang telah diberikan Allah secara efektif dan efisien. Al-Qur’an Surat al-‘Ashr ayat 1-3 mengandung makna bahwa sesungguhnya manusia itu berada dalam keadaan merugi kecuali orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati dalamkebenaran serta saling nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

6. Menjadi penulis yang produktif.

Qur’an Surat al-Kahfi (18:109) yang artinya: “Katakanlah kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. Ayat dalam surat tersebut menjelaskan bahwa maha luasnya ilmu Allah yang ada di dunia ini. Maka tidak ada alasan bagi penulis untuk tidak selalu menulis.

Langkah Praktis menjadi Penulis Generasi Milenial, yaitu :

1. Menulis dimulai dari sekarang

Artinya, mulai menulis dari sekarang juga dan tidak menunda-nundanya lagi.

2. Menulis yang dikuasai

Mulai menulis dari yang dikuasai terlebih dahulu. Misalnya kita baru bisa menguasai menulis artikel opini ya jangan memaksa untuk menulis novel.

3. Menulis dengan target yang jelas

Target atau sasaran yang akan kita tulis dalam bulan ini ada berapa artikel harus ditulis agar tidak terlupakan. Misalnya dalam bulan September ini ingin menulis satu artikel di website iain.surakarta, satu artikel di acara call for papers, dan lain sebagainya.

4. Menulis dengan melihat kelompok pembaca

Dengan mengetahui kelompok pembaca yang akan kita tuju, hal tersebut mempermudah kita dalam menulis. Misalnya di web iain.surakarta kelompok pembaca kita adalah civitas akademika, di surat kabar kelompok pembaca kita terdiri dari semua generasi mulai dari anak-anak sampai dengan orang tua, call for paper yang kelompok pembacanya dari disiplin ilmu yang spesifik, dan lain sebagainya.

5. Menulis dengan menyusun sumber informasi

Kita bisa mendapatkan sumber-sumber informasi sebagai bahan kita menyusun tulisan adalah dengan pergi ke perpustakaan. Disanalah gudangnya ilmu pengetahuan. Di zaman teknologi sekarang ini melihat koleksi tersebut ada atau tidak cukup dengan genggaman tangan. Misalnya Perpustakaan IAIN Surakarta dengan mobile Library System (mLibsys) nya yang bisa diakses dimanapun, kapanpun, & oleh siapapun. Ada juga iLibry yang merupakan perpustakaan digitalnya IAIN Surakarta.

Penulis Generasi Milenial Indonesia

Indonesia mempunyai penulis yang luar biasa karyanya. Seperti misalnya Pramoedya Ananta Toer, Seno Gumira, Andrea Hirata, Habiburrahman el Shirazy, Dee Lestari, dan lain-lain. Ada juga penulis muda yang berbakat dan sudah menghasilkan banyak karya, diantaranya :

1. Sabda Armandio Alif

Penulis & penerjemah cerita pendek. Novel berjudul “Kamu (Cerita yang Tak Perlu Dipercaya)”, “24 Jam Bersama Gaspar”.

2. Norman Erikson Pasaribu

Penulis puisi “Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu”

3. Rio Johan

Penulis cerpen “Aksara Amananunna”

4. Dea Anugerah

Bukunya berjudul “Bakat Menggonggong”.

5. Dewi Kharisma Michellia

Bukunya “Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya”

Kalangan kampus IAIN Surakarta sendiri mempunyai banyak penulis yang handal, misalnya Bpk. Mudhofir, Bpk. Abdul Matin bin Salman, Bpk. Munadi, dan Bpk. Samsul Bakri, dan lain-lain. Ada juga penulis muda yang menghiasi jagad kepenulisan. Seperti Bpk Zaenal Anwar, Bpk. Endi Saputra, dan lain-lain. Pustakawan muda pun tidak kalah dalam menggoreskan tintanya.

Contoh Hasil Karya Tulis Pustakawan Muda yang dimuat di Media

1. Website

2. Media Massa

3. Jurnal

4. Bunga Rampai

5. Prosiding

 

6. Buletin

EPILOG

                   Sebagai generasi milenial, yang sudah mengetahui bahwa menulis adalah sebuah proses, jenis-jenis tulisan, manfaat menulis, langkah praktis menulis, dan beberapa penulis generasi milenial, serta contoh-contoh hasil karya tulis yang dimuat di media, sudah seharusnya kita mulai dari sekarang ini menumbuhkan budaya menulis. Terlebih lagi lingkungan kita berada di lingkungan kampus yang auranya lekat sekali dengan pendidikan. Satu hal yang harus diingat “Scripta Manen”. Tulisanlah yang abadi. Semoga, kita sebagai generasi milenial ini bisa menumbuhkan menulis sebagai budaya kita.

TRININGSIH

Adalah Pustakawan Muda IAIN Surakarta

& Finalis Indonesian Academic Librarian Award (IALA) Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi (FPPTI) Jawa Tengah 2018.

Tulisan ini disajikan dalam WORKSHOP KEPENULISAN dalam rangka DIES NATALIS UKM DINAMIKA IAIN Surakarta XVIII, Rabu 26 September 2018,  Lt.1 UPT.Perpustakaan IAIN Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Dalman. 2016. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers.

Fitria, Nurul. 2018. Pengelolaan Perpustakaan sebagai Perusahaan Jasa Penyedia Layanan Informasi. Seminar & Call for Paper “Disruption in The Library : Inovasi dan Kreativitas Pustakawan di Era Digital” Institut Seni Indonesia Surakarta 18-19 September 2018.

Hardiningtyas, Tri & Triningsih. 2018. Peran Serta Pembuatan Karya Tulis sebagai Bentuk Literasi Kekinian. Seminar & Call for Paper “Disruption in The Library : Inovasi dan Kreativitas Pustakawan di Era Digital” Institut Seni Indonesia Surakarta 18-19 September 2018.

Istiarni, Atin & Triningsih. 2018. Jejak Pena Pustakawan. Yogyakarta: Azyan.

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Mahir Menulis. Jakarta: Erlangga.

Mursyid. 2015. Be a Writer Librarian, Strategi Jitu Menjadi Penulis Kreatif bagi Pustakawan. Yogyakarta: Lembaga Ladang Kata & Pustaka Nun.

Poerwadarminto. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Triningsih. 2016. Menjadi Pustakawan Kaya. Surakarta: BukuKu Media.

Triningsih. 2016. Andai Perpustakaan seperti Mall. Surakarta: BukuKu Media.

Wardhana, Wisnu Arya & Ardianto, Ardi Suryo. 2007. Menyingkap Rahasia Jadi Penulis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.