TRANSFORMASI UNIVERSITAS BERBASIS SCIENCE, TECHNOLOGY, ENGINEERING, AND MATHEMATIC (STEM): BELAJAR DARI PROGRAM STUDI PGMI

Oleh: Dr.H. Muhammad Munadi, M.Pd
(Wakil Rektor II, Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan)

 

Saat akhir visitasi program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) ada beberapa rekomendasi yang disampaikan asesor kepada IAIN Surakarta. Rekomendasi tersebut bisa dijadikan acuan dalam pengembangan kompetensi dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa serta kelembagaan serta bisa menjadi inspirasi pengembangan Lembaga ini ke depan.

Program Studi yang paling unik di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri maupun Swasta (PTKIN/PTKIS) adalah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD). Dianggap paling unik karena mempersiapkan guru kelas yang harus menguasai semua bidang ilmu dari Sain Alam, Sain Sosial, Bahasa sampai dengan seni di tingkatan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) maupun Taman Kanak-Kanak ataupun yang sederajat. Mengapa mata pelajaran PAI dan Olah Raga tidak harus dikuasai oleh Guru SD/MI dikarenakan calon gurunya dipersiapkan secara terpisah melalui  program studi PAI-SD ataupun Pendidikan Jasmani (Penjas) SD. Namun mata kuliah yang ada di PGMI semakin bertambah berat karena dibebani juga mata kuliah-mata kuliah studi Islam. Selain itu karena diproyeksikan sebagai guru MI yang harus juga menguasai muatan PAI maka semakin berat beban SKS-nya.  Seperti kasus mata kuliah di salah satu program studi PGMI di sebuah PTKIN, gambarannya sebagai berikut:

Tabel 1. Komposisi Mata Kuliah Berkait Islam

No Mata Kuliah SKS
1 Studi Al-Qurán 2
2 Studi Al-Hadits 2
3 Studi Fiqh 2
4 Akhlaq/Tasawuf 2
5 Sejarah Peradaban Islam 2
6 Teologi Islam 2
7 Maharat al-Istima’ I 1
8 Maharat al-Kalam I 2
9 Maharat al-Qira’ah I 2
10 Maharat al-Kitabah I 1
11 Maharat al-Istima’ II 1
12 Maharat al-Kalam II 1
13 Maharat al-Qira’ah II 2
14 Maharat al-Kitabah II 2
15 Pembelajaran Akidah Akhlak MI 2
16 Pembelajaran Fiqh MI 2
17 Pembelajaran al-Qur’an Hadis MI 2
18 Pembelajaran  SKI MI 2
19 Pembelajaran Bahasa Arab MI 2
Jumlah 34

Hal ini semestinya tidak terjadi ketika semua mata kuliah umum (non agama) diintegrasikan dengan mata kuliah studi Islam. Ketika pembelajaran mata kuliah Dasar-Dasar Sain Alam perlu ditambah telaah ayat dan hadits tentang sain alam.  Begitu pula mata kuliah Dasar-dasar sain sosial dan termasuk yang lainnya. Keunikan ini berimplikasi pada mata kuliahnyapun harus menyesuaikan kebutuhan mata pelajaran di SD/MI.

Pada sisi ini diperlukan tiga hal yang harus disediakan oleh PTKI. Sisi pertama dari Pendidiknya harus memiliki kompentensi teoritik dan praktik berkaitan ilmu yang diajarkan. Ini berarti pendidiknya harus berasal dari strata 1, strata 2 dan strata 3 dari Program Studi PGMI/PGSD serta memiliki konsentrasi salah satu mata pelajaran di SD/MI. Disamping itu pendidik di PGSD/PGMI harus memiliki ketrampilan mengarahkan praktikum mahasiswanya di ruang Laboratorium. Kalau ada kelemahan pada sisi ini bisa ditutup dengan penyediaan tenaga kependidikan atau jabatan fungsional tertentu (JFT) Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) sesuai mata kuliah yang ada. Hal inipun harus tersedia ruang laboratorium sebagai beirkut:

Tabel 2. Identifikasi Jenis Laboratorium dan PLP di Program Studi PGMI

No Jenis Laboratorium PLP
1 Laboratorium Rumpun IPAI
a.    IPA – Biologi 1
b.    IPA – Fisika 1
c.    IPA – Kimia 1
d.   IPA – Bumi dan Antariksa 1
e.    IPA – Laboratorium Kebun Percobaan 1
2 Laboratorium Teknologi Informasi dan Komunikasi 1
3 Laboratorium Matematika 1
4 Laboratorium Rumpun IPS
a.     IPS – Sejarah Lokal 1
b.     IPS – Sejarah Nusantara 1
c.     IPS – Sejarah Dunia 1
d.    IPS – Geografi 1
e.     IPS – Pendidikan Kewarganegaraan 1
f.      IPS –  Ekonomi 1
5 Laboraorium Kemampun Bahasa
a.       Laboratorium Ketrampilan Menulis (Writing Skill) 1
b.       Laboratorium Ketrampilan Berbicara (Speaking Skill) 1
c.       Laboratorium Ketrampilan Membaca (Reading Skill) 1
d.      Laboratorium Ketrampilan Mendengar (Listening Skill) 1
6 Laboratorium Seni
a.       Seni Musik 1
b.       Seni Tari 1
c.       Seni Rupa 1
7 Laboratorium Pengembangan Media dan Sumber Belajar 1
8 Laboratorium Olah Raga 1
9 Laboratorium Micro Teaching 
a.       Micro teaching Kelas Rendah 1
b.       Micro teaching Kelas Tinggi 1
10 Sekolah/Madrasah Laboratorium
Jumlah 24

Ada kebutuhan minimal 24 ruang laboratorium beserta tenaga PLP untuk memperkuat penyiapan guru MI/SD yang paham teori dan praktek. Laboratorium harus ada dikarenakan calon guru SD/MI menghadapi siswa yang lebih dominan berfikir kongkrit. Hal ini diperlukan pengalaman langsung pada siswa MI/SD seperti gambaran teoritik dari Edgar Dale (Janoska, 2017):

Gambar 1. Kerucut Pengalaman

Siswa SD/MI harus mengalami langsung apa yang diajarkan oleh gurunya. Agar siswa mudah dalam mengingat pelajaran yang diterima diperlukan banyak tindakan nyata seperti gambaran berikut:

Jenjang SD/MI, siswa dan guru harus mengalami langsung secara nyata apa yang diajarkan sehingga siswa lebih mudah dan cepat mengingat. Pengalaman langsung ini akan lebih lama tertanam dalam benak pikiran dan perasaan anak.

Pendidikan Sain alam dan Sosial yang dilakukan di ruang laboratorium akan berdampak secara luas penguasaan siswa tentang ilmu yang didapat apalagi ada guru spesialis laboratorium sain selain guru kelas ataupun guru sain. Hal ini selaras dengan penelitian  Hanuscin (2007:62) bahwa pengajaran sains dasar lebih cocok dengan visi reformasi untuk pengajaran sains dasar dibandingkan dengan guru kelas reguler dan bahwa tidak adanya hambatan untuk mengajar sains (misalnya, waktu perencanaan yang memadai, materi, ruang, dll.) yang disuarakan oleh guru kelas menunjukkan bahwa spesialis dapat memainkan peran penting dalam mencapai reformasi. Hal ini dibenarkan Rebecca Jacobson (2013) bahwa “Science, Technology, Engineering, and Mathematic (STEM) education is probably one of the most important things in education right now,”. “Obviously not every kid is going to be a scientist, but if something sparks in their mind and they say ‘I want to do this,’ I think we’ll be better off.” Pendidikan Sain Teknologi, Engineering dan Matematika (STEM) mungkin adalah salah satu hal paling penting dalam pendidikan saat ini”. “Jelas tidak setiap anak akan menjadi ilmuwan, tetapi jika ada sesuatu yang memicu dalam pikiran mereka dan mereka mengatakan ‘Saya ingin melakukan ini,’ saya pikir kita akan lebih baik.” Pernyataan ini menunjukkan pentingnya Pendidikan STEM diajarkan di ruang laboratorium di jenjang pendidikan apapun karena akan memicu pikiran siswa/mahasiswa untuk memajukan pengetahuan.

Disamping itu dengan penambahan sarana prasarana dan sumber daya manusia di bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematic (STEM) di PTKI melalui Program Studi PGMI akan memudahkan pendirian program studi Science, Technology, Engineering, and Mathematic (STEM) di PTKI. Wallahu a’lam.

 

Daftar Pustaka

Janoska, L. (2017). What Really Is The Cone Of Experience? https://elearningindustry.com/cone-of-experience-what-really-is

Lee, Sang Joon and Reeves, Thomas C. (2007). Edgar Dale: A Significant contributor to filed of educational technology. Educational Technoogy 47 (6) 56. https://lidtfoundations.pressbooks.com/chapter/edgar-dale-and-the-cone-of-experience/

Corpus, B., & Lucido, P. (2008). educational technology. 1. Quezon City:Lorimar Publishing, Inc. https://teachernoella.weebly.com/dales-cone-of-experience.html

Hanuscin, Deborah L.. (2007).  The Use of Specialized Laboratory Facilities for Science in Elementary Schools: A Call for Research. Journal of Elementary Science Education, Vol. 19, No. 2 (Fall 2007), pp. 59-64. ©2007 Department of Curriculum and Instruction, College of Education and Human Services, Western Illinois University.  https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ798561.pdf

Jacobson, Rebecca. (2013). Lighting up elementary school science with ‘lab before the blab’. Science. Nov 20, 2013. https://www.pbs.org/newshour/science/lab-before-the-blab-lights-up-elementary-science-education