Ketika Pustakawan (Bukan) Pahlawan Milenial

Oleh: Triningsih, S.IP
(Pustakawan Muda IAIN Surakarta)

#banggaIAINSurakarta
#SuksesAPT-A

Aksi heroik pengobar semangat pertempuran 10 November 1945 itu bernama Bung Tomo. Sosok pemuda legendaris yang pernah makan bangku sekolah kolonial. Dia tahu teknologi pada saat itu yang bernama radio, maka beliau bersenjatakan mikropon. Melalui mikropon dan pancaran Radio Pemberontakan milik Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) tersiar pidato-pidatonya yang menjaga moral arek-arek Suroboyo.

Perjuangan beliau yaitu selalu memberikan pidato berapi-api untuk para pejuang. Khas suaranya yang menggelegar serta intonasi yang memikat mampu menggerakkan massa untuk ikut bertempur turun ke jalanan. Bung Tomo dengan mikroponnya telah membuktikan kepada dunia bahwa beliau tidak gentar melawan penjajah di atas tanah air Indonesia. Bangsa Indonesia telah menganugerahi beliau sebagai salah satu tokoh Pahlawan Nasional.

Arti Pahlawan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:822), pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Sedangkan menurut Oxford Concise Dictionary-Tenth Edition, pahlawan adalah orang yang dikagumi karena keberanian dan prestasi-prestasinya yang menonjol. Ada keberanian dan prestasi-prestasi yang menonjol di satu sisi, ada kekaguman di sisi lain. Keberanian adalah jiwa pahlawan. Prestasi-prestasi yang menonjol adalah yang dicetaknya. Kekaguman adalah tanggapan orang lain terhadap keberanian dan prestasi-prestasi menonjol yang dicetaknya.

“Pahlawan” adalah sebuah kata benda. Secara etimologi kata “pahlawan” berasal dari bahasa Sansekerta “phala”, yang bermakna hasil atau buah. Dalam bahasa Inggris pahlawan disebut “hero” yang diberi arti satu sosok legendaris dalam mitologi yang dikaruniai kekuatan yang luar biasa, keberanian dan kemampuan, serta diakui sebagai keturunan dewa. Pahlawan adalah sosok yang selalu membela kebenaran dan membela yang lemah.

Pustakawan (bukan) Pahlawan Milenial

Pustakawan generasi milenial merupakan pustakawan yang suka dengan perkembangan teknologi informasi. Hal itu sesuai dengan pendapat Sarwono (2018:31-32). Pustakawan generasi millennial adalah pustakawan yang lahir pada tahun 1982-1994. Mereka semua itu merupakan generasi termuda pustakawan karena mereka lahir pada tahun 1982-an. Pustakawan generasi milenial mempunyai semangat tinggi dalam pengembangan ilmu dan teknologi informasi di perpustakaannya dan asyik dengan perkembangan teknologi informasi serta mengaplikasikannya dalam dunia kerjanya.

Berbicara tentang pahlawan, saya teringat dengan Syair lagu Seraut Wajah dari Ebiet G. Ade, yang sangat menyentuh sekali, syair tersebut adalah sebagai berikut :

SERAUT WAJAH

 

Wajah yang selalu dilumuri senyum

legam tersengat terik matahari

Keperkasaannya tak memudar

terbaca dari garis-garis di dagu

Waktu telah menggilas semuanya (5)

Ia tinggal punya jiwa

Pengorbanan yang tak sia-sia

untuk negeri yang dicintai, dikasihi

Tangan dan kaki rela kau serahkan

Darah, keringat rela kau cucurkan (10)

Bukan hanya untuk ukir namamu

Ikhlas demi langit bumi

bersumpah mempertahankan setiap jengkal tanah

Wajah yang tak pernah mengeluh

Tegar dalam sikap sempurna, (15)

pantang menyerah

Tangan dan kaki rela kau serahkan

Darah, keringat rela kau cucurkan

Bukan hanya untuk ukir namamu

Ikhlas demi langit bumi

bersumpah mempertahankan setiap jengkal tanah

Merah merdeka, putih merdeka, warna merdeka

 

Baris ke-14 sampai dengan baris ke-20 sungguh dalam sekali maknanya. Kita bisa menaruh andai pustakawan mempunyai jiwa yang seperti itu. Pustakawan dengan wajah yang tak pernah mengeluh, tegar dalam sikap yang sempurna, dan pantang menyerah. Tangan kaki rela diserahkan. Darah dan keringat dicucurkan bukan semata untuk mengukir nama sendiri, namun ikhlas demi langit dan bumi serta tanah air Indonesia.

Pustakawan bisa menjadi pahlawan millennial. Syaratnya adalah embrio dan spirit kepahlawanan tersebut harus tertanam di dalam diri pustakawan. Caranya adalah dengan berimajinasi serta berfikir kreatif. Serta mulai menuliskan apa saja yang ada di perpustakaan agar dapat mengundang ketertarikan pemustaka untuk mengunjungi serta memanfaatkan perpustakaan. Dengan menulislah dunia dan masyarakat luar mengetahui manfaat perpustakaan. Secara tidak langsung pustakawan adalah pahlawan milenial. Jika pustakawan belum melakukan hal tersebut, maka pustakawan BUKAN pahlawan milenial.

Banyak pahlawan di negeri tercinta Indonesia ini dengan bersenjatakan apapun yang mereka mampu memegang senjata tersebut. Ada yang menggunakan senjata bambu runcing, ada yang bersenjatakan dengan ide-ide cemerlangnya, ada pula yang bersenjatakan mikropon. Pustakawan hendaklah bangkit dan menjadi pahlawan milenial dengan bersenjatakan pena yang kemudian mengukir ide-idenya yang bisa mendorong masyarakat untuk datang ke perpustakaan serta kemudian memanfaatkan perpustakaan tersebut.

Pustakawan yang istiqomah serta konsisten membumikan jiwa literasi. Pustakawan yang bukan hanya menulis di social media (facebook, twitter, whatsapp, instagram, dan lain-lain), tetapi lebih pada informasi dan bacaan ilmiah. Maka benarlah bahwa pustakawan adalah pahlawan milenial.  Mengubah sedikit perkataan dari Bung Tomo, jika beliau mengatakan “lebih baik hancur lebur daripada tidak merdeka”. Maka Slogan pustakawan adalah “lebih baik hancur lebur daripada tidak menulis”. Selamat Hari Pahlawan. Semoga pustakawan menjadi pahlawan milenial di negeri tercinta Indonesia ini.