Jaga Kebersamaan Umat

Triningsih, S.IP – Pustakawan Muda IAIN Surakarta

Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang plural. Kekayaan tak terbantahkan lagi dan harus disyukuri oleh masyarakat Indonesia karena bangsa Indonesia mempunyai beragam suku, etnik, budaya, dan bahasa, serta memiliki 6 (enam) agama yang diakui resmi oleh negara yaitu agama Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.

Indonesia disepanjang tahun 2018 kemarin dikepung oleh bencana. Hampir setiap bulan datang silih berganti di tahun tersebut. Bagaimana tidak menangis negeri ini jika bencana terus saja singgah. Mulai awal tahun di bulan Januari terjadi gempa bumi berkekuatan 6.1 SR di kabupaten Lebak Banten, Februari terjadi tanah longsor di Kecamatan Salem Brebes, April gunung Sinabung meletus, Agustus gempa 7.0 SR mengguncang Lombok Nusa Tenggara Barat, September gempa bumi 6 SR dan tsunami di Palu dan Donggala, Gunung Soputan di Sulawesi Utara juga meletus yang disusul dengan banjir dan tanah longsor, serta Desember terjadi tsunami di pesisir Pantai Selat Sunda. Belum lagi bencana kapal tenggelam, pesawat jatuh, serta tanah ambles juga ikut mewarnai bencana di tahun tersebut.

Role Model Kebersamaan Umat bagi Masyarakat

Setiap insan yang ada dimuka bumi ini diciptakan oleh Tuhan sebagai pribadi yang unik. Satu dengan yang lainnya tidak ada yang sama. Banyak perbedaan dalam kehidupan sosial masyarakat kita. Masyarakat Indonesia hendaknya menyikapinya dengan hal yang biasa, harus saling melengkapi, saling menguatkan, serta tidak paling merasa benar sendiri.

Perspektif agama dalam menyikapi hal diatas mempunyai peran yang sangat penting. Karena agama merupakan fondasi yang kuat dalam kehidupan ini. Diri kita sendiri harus menjadi role model atau contoh dalam masyarakat sekitar kita untuk menjaga kebersamaan umat. Kita tebarkan virus-virus yang bisa mempererat kebinekaan kita. Dimulai dari diri kita sendiri.

Kementerian Agama (Kemanag) memasuki usia yang ke-73 pada 3 Januari 2019 ini. Usia yang sudah sangat dewasa dan matang untuk ukuran manusia. 3 Januari merupakan hari yang bersejarah bagi Kementerian Agama. Karena pada tanggal tersebut di tahun 1946 dibentuk Departemen Agama melalui Penetapan Pemerintah No I/SD tertanggal 3 Januari 1946 dengan HM. Rasjidi, BA terpilih menjadi Menteri Agama untuk pertama kalinya.

Peringatan HAB KEMANAG (Hari Amal Bakti Kementerian Agama) 3 Januari adalah momentum yang tepat untuk membangkitkan kebersamaan umat. Mengingat bencana yang terjadi akhir-akhir ini di bumi pertiwi kita. Kebersamaan umat juga merupakan fondasi yang tetap dipegang untuk menghalau peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di Indonesia di masa depan nanti. Kebersamaan umat menjadi barang yang sangat mahal untuk sekarang ini.

Toleransi satu sama lain diantara keberagaman yang ada di Indonesia menjadi sangat penting. Duta Baca Indonesia Najwa Shihab mengatakan bahwa seorang penjaga toleransi mendahulukan rekonsiliasi daripada relokasi. Pun mantan presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono juga pernah berucap bahwa kita semua berada disini karena kita yakin toleransi merupakan suatu keharusan bagi pembangunan manusia dan sosial. Begitu pentingnya toleransi dalam menjaga kebersamaan umat. Dengan adanya kebersamaan umat, maka hasil akhirnya adalah Persatuan dan Kesatuan Bangsa.

Senada dengan firman Allah dalam al-Qur’an Surat al-Hujurat (10) ayat 13.  Yang artinya “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengeatahui lagi Maha Mengenal”. Oleh karena itu, agar harmoni Persatuan dan Kesatuan masyarakat Indonesia tetap terjaga, mari kita Jaga Kebersamaan Umat. Selamat Hari Amal Bakti Kementerian Agama (HAB KEMENAG) ke-73. Jayalah Indonesia, Jayalah Kemenag, Jaga Kebersamaan Umat…