Pendidikan dan Loss of adab


Oleh: Inayaturrosyidah
( Mahasiswi FITK, Prodi Pendidikan Bahasa Arab IAIN Surakarta )

#banggaIAINSurakarta

Dalam maraknya degradasi moral (loss of adab), pendidikan sangatlah penting dalam membentuk akhlaq seseorang yang ke depannya merupakan harapan masyarakat untuk mengembangkan negara ini. Karena moral adalah cerminan hidup bagi tegaknya sebuah bangsa dan seseorang dikatakan berilmu yang tinggi apabila mempunyai adab atau moral yang baik. Adab merupakan pendidikan diri lahir dan batin yang mengandung empat perkara yaitu perkataan, perbuatan, keyakinan dan niat seseorang, jika tanpa niat yang ikhlas maka mencari ilmu itu tidak akan ada nilainya dan bahkan bisa menjadi bencana yang merusak. seperti yang kita tahu tujuan pendidikan menurut kemdiknas UU nomor 20 tahun 2003 adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Sering difahami oleh semua kalangan atas maupun kalangan bawah bahwa pendidikan yang terhormat adalah pendidikan formal sampai tingakt tertinggi bahkan kebanyakan mengaharapkan supaya anaknya nanti bisa menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), profesor, dosen, dokter, pengusaha dan lain sebagainya. Pendidikan formal (sekolah negeri atau sekolah swasta) itu akan sangat mudah didapat oleh masyarakat yang tingkat perekonomiannya tinggi tetapi akan sangat kesulitan bagi masyarakat bawah karena perekonomiannya sangat rendah. Mencari ilmu wajib diikuti oleh semua orang melalui sekolah-sekolah formal, di mana jika terdapat anak yang tidak mengikuti pembelajaran formal atau sekolah di rumah maka yang dikhawatirkan adalah tidak ada didikan penuh dari orang tua sehingga anak tersebut mengikuti kenakalan-kenakalan yang tidak wajar.
Mayoritas masyarakat memandang bahwa bersekolah sama dengan mencari ilmu, jika tidak bersekolah tidak mencari ilmu dan beranggaplah mereka selesai sekolah atau kuliah selesai pula upaya mencari ilmu, tidak sedikit pula yang berpikir setelah jadi sarjana maka selesai pula mencari ilmu dan wajib hanya bekerja dan mencari uang. Di sinilah yang sangat dikhawatirkan jika mencari ilmu hanya dilakukan di bangku sekolah dan kuliah (“sekolahisme”) maka hanya sekedar pengetahuan yang terbatas yang akan kamu dapatkan. Lalu bagaimana dengan generasi ke depan jika adab atau akhlaqnya tidak tertanam dalam dirinya? Perlu diperhatikan bahwa sekolah itu baik tapi menganggap mencari ilmu hanya dengan sekolah formal itu merupakan kesalahan terbesar, karena kita itu bisa mencari ilmu di mana pun, kapan, kepada siapapun dan ilmu apapun. Percuma berpendidikan tingkat tinggi tetapi tidak mau belajar dan belajar lagi hanya karena perbedaan strata sosial. Jangan bangga dengan gelar yang kamu dapatkan di bangku sekolah maupun di bangku kuliah jika kamu tidak punya adab dan karya. Dalam hadist uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal lahdi jadi menuntut ilmu itu sampai mati tidak hanya sampai S-3 tetapi setelah belajar dan berprofesi tetaplah belajar karena jika terdapat pendidik, pengusaha, dokter atau profesi yang lain tidak mau belajar maka berhentilah.
Dari sekian ribu sarjana strata 1, banyak yang ingin melanjutkan ke S2-S3 dengan alasan belum ada pekerjaan, menambah wawasan ilmu dan tantangan, mendapat gelar yang lebih keren. Banyak kegelisahan yang kerap kali dihadapi adalah melanjutkan study sesuai dengan bidang yang diambil ketika S1 akan tetapi sebenarnya ketika S1 itu tidak sesuai dengan apa yang diinginkan karena hanya ingin linier dalam bidang tersebut. Faktanya sistem “linieritas” pendidikan sangat diterapkan di Indonesia sehingga di sinilah saya kurang sepakat karena pendidikan seolah-oleh dibatasi hanya satu bidang saja mau bidang yang lain akan tetapi ekonomi tidak memenuhi dan belum meratanya beasiswa. Yang tidak menutup kemungkinan pendidikan juga harus dilakukan diluar pendidikan formal karena kita sebagai umat nabi supaya tetap menuntut ilmu sampai akhir hayat.
“Al ‘ilmu bilaa ‘amalin junuunun, wal ‘amalu bila ‘ilmin lam yakun (ilmu tanpa diamalkan itu gila dan amal tanpa ilmu itu tiada nilainya). Maka setelah pendidikan itu telah kita tempuh sangatlah diwajibkan supaya mengamalkan apa yang telah didapatkan sehingga mampu memberikan manfaat dan energi positif yang ada disekitar kita. Apabila telah menjadi seorang guru atau pendidik, pengusaha, dokter maka tularkanlah ilmu kepada masyarakat yang ada disekitarmu untuk kemajuan bangsa yang lebih berkualitas, berkompeten dan beradab. Dalam perkataan Muhammad Natsir “kemajuan satu bangsa ditentukan oleh sekelompok pendidik yang ikhlas berbuat untuk bangsanya.’’