DEMA IAIN Surakarta Risau Dengan Fenomena Islam Kekinian, Gus Chandra Malik Datang Untuk Menjelaskan

SINAR-  Sudah islamikah islammu? Bukankah islam pasti islami? Dan bukankah muslim niscaya islam? Apa beda islam dan islami? Dan pertanyaan laiinya seputar islam masa kini merasuk di dalam pikiran teman-teman Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IAIN Surakarta. Pertannyaan-pertanyaan tersebut melatarbelakangi DEMA IAIN Surakarta untuk mencari jawaban sebagai pencerah atas permasalahan yang terjadi saat ini, ujar ketua DEMA IAIN Surakarta Fathurahman. Kemudian, ia menjelaskan bahwa ada sebuah buku yang mengupas tentang masalah itu, karya Gus Chandra Malik dengan judul Mengislamikan Islam, karena itulah selanjutnya kita sepakat mengundang beliau untuk membedah bukunya pada Rabu, (10/4).

Selain Gus Chandra Malik, bedah buku yang bertempat di Graha IAIN Surakarta tersebut juga menghadirkan Zaenal Muttaqin, M.A., Ph.D sebagai pembanding dan Hamdan Maghribi, M.Phill sebagai moderator. Kedatangan pembicara yang luar biasa tersebut menyedot perhatian para mahasiswa di soloraya, sehingga membuat ruangan tempat acara tampak penuh sesak oleh ratusan peserta.

Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga sekaligus Pembina DEMA IAIN Surakarta Dr. H. Abdul Matin Bin Salman, Lc. M.Ag. dalam sambutannya mengatakan kalau kita melihat Negara-negara barat dimana agama islam sebagai minoritas, tetapi perbuatan mereka justru mencerminkan islam yang sebenarnya. Contoh seperti kebersihan, hampir tidak ada mereka yang membuang sampah sembarangan, karena kalau membuang sampah sembarangan dikhawatirkan akan mencelakakan orang lain. Sebaliknya islam di Negara mayoritas malah abai tentang hal itu, mohon kepada narasumber agar kawan-kawan mahasiswa ini diberikan wawasan tentang itu, karena islam kedepan akan seperti apa itu tergantung pada mereka para generasi penerus, ungkapnya.

Sementara itu dalam paparannya, Gus Chandra mengatakan bahwa fenomena mengislamkan islam berkembang di Indonesia sejak 23 tahun silam, sejak kran demokrasi kran kebebasan mulai dibuka. Al Quran sebagai pedoman umat islam telah banyak memberikan isyarah ilmiah-ilmiah yang bisa kita pelajari, namun sayangnya kita cenderung memilih mengambil ayat-ayat yang bisa diperdebatkan, seringkali jamaah-jamaah tertipu dengan penampilan, penampilannya menarik tapi isinya penuh provokasi dan sebagainya, sambungnya. (Zat/Humas Publikasi)#banggaiainsurakarta