Pemberdayaan Perpustakaan Menuju SDGs

Oleh: Triningsih – Pustakawan Muda IAIN Surakarta

Perpustakaan mempunyai peran yang strategis sebagai jantungnya pengetahuan. Pun tidak ketinggalan sebagai jantungnya kebudayaan. Hal itu disebabkan karena perpustakaan mampu membuka aksees informasi kepada masyarakat dengan tujuan akhir yaitu mewujudkan masyarakat yang cerdas dan sejahtera bagi masyarakat Indonesia. Peran strategis tersebut hendaknya dioptimalkan perpustakaan agar bisa berdaya atau bermanfaat sehingga dapat tercapai Sustainable Development Goals (SDGs).

Sustainable Development Goals atau Tujuan Pembengunan Berkelanjutan adalah merupakan program Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang disyahkan pada akhir September 2015 dan lebih dikenal sebagai Agenda PBB 2030. SDGs mempunyai 17 tujuan dengan 169 target, dan 241 indikator yang terukur dan telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi menuju tatanan yang lebih baik lagi. Hal tersebut direncanakan dapat dicapai selama 15 tahun sampai dengan tahun 2030 mendatang.

Difokuskan

Dengan 17 tujuan SDGs, di Indonesia difokuskan pada mencerdaskan bangsa, kesehatan masyarakat, kesetaraan gender, pendidikan berkualitas, serta pengentasan kemiskinan. Setiap tujuan dari SDGs tersebut perpustakaan mempunyai implementasi tersendiri agar tujuan dari SDGs dapat tercapai. Seperti menyediakan akses publik, penyedia sumber informasi, penyediaan hasil penelitian, penyediaan ruang inklusif, penyediaan staf yang berdedikasi, pemerataan akses informasi, dokumentasi dan pelestarian budaya dan lain sebagainya sesuai dengan 17 tujuan SDGs.

Tujuan SDGs diatas saat ini sedang digaungkan oleh perpustakaan di seluruh tanah air Indonesia yang dikenal dengan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial.

Perpustakaan berbasis inklusi sosial yaitu perpustakaan proaktif yang dapat membantu individu dan masyarakat untuk mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri, dan membantu meningkatkan jejaring sosial. Perpustakaan juga mendukung komunitas, orang dewasa dan keluarga untuk belajar di perpustakaan. Hal ini juga sesuai penegasan bahwa perpustakaan adalah sarana belajar sepanjang hayat.

Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial menjadi sebuah agenda pembangunan nasional dibidang perpustakaan. Tujuannya adalah meningkatkan literasi informasi berbasis Teknologi Informasi Komunikasi, meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, memperkuat peran dan fungsi perpustakaan, agar tidak hanya sekedar tempat penyimpanan dan peminjaman buku, tetapi lebih kepada sarana pembelajaran sepanjang hayat serta pemberdayaan masyarakat. Lebih jauh lagi, bahwa perpustakaan itu memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensinya dengan melihat keragaman budaya, kemauan menerima perubahan, menawarkan kesempatan berusaha, melindungi serta memperjuangkan budaya dan Hak Asasi Manusia.

Terlibat Besar

Perpustakaan terlibat besar dalam mensukseskan program besar dunia tersebut. Peran yang dimainkan perpustakaan strategis sekali, baik layanan secara tradisional maupun layanan secara elektronik. Seperti yang kita ketahui bahwa perpustakaan merupakan sarana belajar sepanjang hayat. Disanalah masyarakat menggunakan hak mereka untuk mengakses informasi untuk mengembangkan keahlian serta keterampilan yang masyarakat butuhkan.

Sebagai penyedia informasi, maka perpustakaan merupakan komponen penting dalam menunjang pendidikan masyarakat sepanjang hayat tersebut. Melihat hal itu, perpustakaan harus menjalin kerjasama dalam menyebarkan informasi dengan jalan memperluas jangkauan akses agar masyarakat dapat menikmatinya. Perpustakaan menjadi sarana terkoneksinya informasi kepada masyarakat.

Perpustakaan Bergerak serta Pustakawan Berkarya menjadi salah satu komponen yang dapat mendukung akses informasi kepada masyarakat tersebut. Contohnya adalah adanya Motor Pustaka, Kuda Pustaka, Becak Pustaka, Gerobak Pustaka, Perahu Pustaka, dan lain-lain. Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Pos Indonesia pun juga sudah memberikan kebijakan pengiriman buku gratis setiap tanggal 17 kepada semua perpustakaan dan taman baca masyarakat di seluruh pelosok negeri ini.

Albert Eisntein, seorang ilmuwan fisika pernah berucap : “pendidikan bukanlah pembelajaran tentang fakta-fakta, tapi latihan otak untuk berfikir”. Maka, marilah kita jadikan perpustakaan sebagai sarana melatih otak manusia untuk berfikir lebih baik lagi. Gali semua informasi di perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat agar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dapat tercapai sesuai agenda dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2030 mendatang. Artikel ini telah dimuat di Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT Yogyakarta, kolom Opini. Edisi Kamis 23 Mei 2019 Halaman 11.