Seminar Nasional Kebangsaan DEMA FEBI IAIN Surakarta

SINAR- Selasa (24/9) Dema FEBI IAIN Surakarta telah menyelenggarakan Acara Seminar Nasional Kebangsaan dengan tema “Milenial Bicara Ekonomi Indonesia”.

Acara diawali dengan salam pembuka, pembacaan ayat suci Al-Qur’an, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Mahasiswa, kemudian sambutan-sambutan dari ketua panitia (Wichang Arif) dan ketua umum DEMA FEBI (Rizki Fajar) baru dilanjut dengan sambutan dari jajaran fakultas yang diwakili oleh Ibu Datien Eriska Utami, S.E., M.S.i sekaligus membuka acara secara resmi.

Dalam Grand Opening kali ini ditampilkan pertunjukan silat yang dipadukan dengan tari yang ke semua personilnya merupakan mahasiwa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan kelima pesilat merupakan peraih medali di ajang perlombaan internasional. Hiburan ini juga tergabung dalam UKM Sentra Tari dan UKM Beladiri IAIN Surakarta. Grand opening acara tersebut berlangsung dengan hikmat dan meriah, bahkan Sherly Annavita selaku pembicara yang telah hadir saat itu pun antusias menyaksikan hiburan tari yang dikolabirasikan dengan pencak silat.

Acara inti seminar nasional kebangsaan kali ini menghadirkan dua pembicara yang sangat fenomenal, yakni Sherly Annavita dan Faldo Maldini yang dipandu langsung oleh moderator yang juga millenial dari kepala departemen kastrat DEMA FEBI (Said Satria) .

Pembicara pertama yaitu Sherly Annavita mengawali penyampaiannya dengan sebuah kutipan kata-kata mutiara dari Ali Bin Abi Thalib, yang berisi “Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa yang akan datang”. Selanjutnya beliau menyampaikan materi terkait sebagaimana seharusnya milenial bertindak, setidaknya untuk 15 tahun kedepan, akan menjadi seperti apakah kita kelak. Seringkali juga beliau menekankan kepada para milenial untuk menjadi pemuda yang terbaik di bidangnya, sebab pasti akan ada seleksi alam dan hanya yang terbaiklah yang akan lolos. Peserta nampak antusias sampai berebut untuk bertanya terkait apa yang telah beliau sampaikan. Hal tersebut mampu mencairkan suasana dan membuat forum lebih hidup. Beberapa motivasi juga beliau sampaikan kepada millenial untuk terbuka pikirannya dan mampu menjadi agent of social control serta agen of change.

“Kalau hanya ada 1000 pemuda yang menjadi bagian dari perubahan, maka jadilah 10 diantaranya. Kalau ada 1000 alasan untuk menunda, maka buatlah 1001 alasan untuk memulainya hari ini”
~ Sherly Annavita ~

Acara inti kemudian dilanjutkan dengan penampilan musikalisasi puisi dari salah satu pengurus DEMA FEBI IAIN Surakarta (Kartikawati) dengan puisi karya sendiri. Selanjutnya acara sempat diselipkan Galang Dana bersama dengan lembaga ACT (Aksi Cepat Tanggap) dan sedikit mensosialisasikan terkait beberapa bencana yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Diantaranya, kebakaran yang terjadi di beberapa daerah; seperti kebakaran di Riau dan kalimantan yang asapnya diekspor hingga ke negara tetangga, serta kekeringan yang terjadi di solo raya, yaitu sragen, klaten maupun sekitarnya.

Acara inti kembali dilanjutkan dengan penyampaian materi kedua dari Faldo Maldini yang merupakak sosok pemimpin muda yang telah melalang buana dalam dunia aktivis kampus maupun dalam dunia kepemimpinan Indonesia. Beliau menyampaikan terkait “Pandangan negara yang harus dibuat seperti apa”.

Sebenarnya ekonomi indonesia pada tahun 1960 tidak kalah jauh dengan negara-negara asia di sekitarnya. Terbukti dari banyaknya orang-orang luar negeri yang menempuh pendidikannya di Indonesia. Problematika Indonesia itu sebenarnya terletak pada fondasinya, pembangunan infrastruktur yang berkembang pesat memang baik, namun di sisi lain seharusnya pemerintah juga meningkatkan ke-efektivitasan dan produktivitas dalam sektor produksi. Indonesia itu kaya akan SDM nya, tetapi kekurangannya adalah pada sektor produktivitas, sehingga berdampak pada kegiatan ekspor yang sembarangan. Dengan demikian negara lainlah yang mengolahnya, kemudian kita sendiri yang melakukan impor dengan harga yang selisih jauh dari harga ekspor di awal. Memang benar indonesia maju sebab didorong oleh sifat konsumtif yang dimiliki oleh rakyatnya.

Beliau Juga memperlihatkan beberapa negara lain yang perekonomiannya berkembang pesat dan patut untuk dicontoh. Tidak sampai disana, beliau juga menuturkan bahwa perekonomian indonesia banyak disokong oleh sektor informal secara signifikan, seperti beberapa start up yang memiliki tingkat valuasi tinggi di Indonesia. Tidak hanya terkait perekonomian di Indonesia, pembicara kedua ini juga menyampaikan bagaimana seharusnya millenial bertindak, seperti diantaranya ialah millenial harus punya project atau visi untuk dirinya masing-masing maupun untuk negara kedepannya, millenial harus memperkuat akademiknya sebagaimana skill yang dimilikinya, dan millenial harus melek akan politik. Kemudian satu persatu peserta mulai menyangkal dan mempertanyakan terkait yang disampaikan oleh pembicara. Terakhir, pembicara menutup dialognya dengan pesan semangat.

“Kalau kita sama-sama bergerak, pasti akan bertemu lagi kelak. Tetapi kalau tidak bertemu lagi, pasti ada salah satu dari kita yang berhenti bergerak. Sedang, kita tidak tahu dimasa yang akan datang, bisa jadi saya yang akan duduk di kursi dan mendengarkan teman-teman berdialog.”
~ Faldo Maldini ~

Kami sebagai panitia berharap dengan diadakannya acara seminar seperti ini mampu menambah wawasan kita terhadap perekonomian yang ada di Indonesia, kemudian terkait kejadian apa saja yang sebenarnya terjadi di lapangan serta mampu membuka mindset para millennial agar dapat bertindak sebagaimana mestinya. Sebab kita adalah seperti apa yang kita pikirkan dimasa yang akan datang. (Gie/Humas Publikasi)

Sumber Rilis: Ajeng Astrid Dwi Kencana (Kastrat DEMA FEBI)