Waspada Cross Hijabers, Komunitas Jejer Samawa Berikan Tips Untuk Mengenalinya

SINAR- Senin (18/11) – Komunitas Jejer Samawa IAIN Surakarta kembali mengadakan diskusi memperbincangkan fenomena yang akhir-akhir ini hangat diperbincangkan dan juga meresahkan bagi kalangan perempuan yaitu Cross Hijabers dengan Malikhaa El Zahra seorang aktivis perempuan sebagai pemantik pada (18/11).

Diskusi diselenggarakan di Lapangan IAIN Surakarta untuk meningkatkan kesadaran para pemuda khususnya kaum perempuan pasalnya beberapa waktu lalu media sosial dihebohkan dengan kemunculan komunitas Cross hijabers yaitu pria yang menggunakan hijab syar’i atau cadar. Komunitas cross hijabers ini menjadi perbincangan serius di dunia maya karena ditengarai sudah berani memposting aktivitas mereka di muka umum seperti masuk ke toilet kaum wanita bahkan mengikuti sholat di barisan wanita.

Adanya fenomena ini tak sedikit yang memanfaatkan untuk melancarkan aksi kejahatan seperti pelecehan dan pencurian dengan berbekal suara perempuan dan pakaian layaknya muslimah. Dalam diskusi, pemantik menyampaikan bahwa ada beberapa faktor atau penyebab seseorang melakukan tindakan tersebut yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini bisa jadi disebabkan oleh fertisisme yaitu kelainan seksual yang dilakukan untuk mencapai kepuasan seksual dengan perantara beberapa jenis benda. Benda-benda yang biasa digunakan sebagai perantara ini adalah pakaian wanita. Sementara itu faktor eksternal seseorang melakukan cross hijabers ini dapat dipicu oleh pola asuh keluarga yang salah, lingkungan pergaulan, dan keinginan untuk diakui.

Dalam hal ini pemantik memberikan beberapa tips untuk kita sebagai perempuan agar dapat dengan mudah membedakan dan mengenali pelaku cross hijabers disekeliling kita. Pertama, ajak berbicara. Dengan berbicara maka kita akan mengetahui suara lawan bicara kita, kedua, perhatikan cara berjalan, dan amati postur bahu. Dari fenomena ini banyak hal-hal baik yang dapat kita ambil. Kita dapat mengkaji dan memperkokoh kembali nilai, norma, dan tatanan yang ada di masyarakat, kita dapat belajar dan semakin tahu dalam membedakan mana yang salah dan mana yang benar, serta kita dapat menumbuhkan persatuan dan kesatuan antar masyarakat. Terakhir pemantik menekankan bahwa sebagai perempuan kita harus mampu memberikan edukasi dorongan sosial kepada masyarakat luas dalam menyikapi penyimpangan irasional ini. Acara diskusi diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan kepada pembicara.(Gie/ Humas Publikasi)

Oleh : Deva Tri A (Jejer Samawa)