Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Dan Kearifan Lokal Mandi Balimau Kasai Potang Mogang Di Kelurahan Langgam,Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau

Oleh: Indah Novita
(Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam 1D)
E-mail: indahnovita1107@gmail.com

Abstrak

Mandi balimau kasai potang mogang adalah salah satu tradisi masyarakat langgam saat menyambut bulan ramadhan, tradisi ini dilaksanakan 4 hari sebelum bulan ramadhan. Mandi balimau sendiri bermakna mandi dengan menggunakan air yang dicampur jeruk serta wewangian, kasai adalah salah satu bahan yang dicampurkan didalam air pemandian yang terbuat dari campuran beras,kunyit,daun serai dan daun jeruk purut. sedangkan potang mogang adalah menjelang petang. Rangkaian acara yang dilakukan antara lain bersih-bersih makam dan ziarah bersama, upacara tonggak tonggol , tonggol sendiri memiliki arti bendera atau lambang kemerdekaan suku besar dikelurahan langgam. Acara selanjutnya ada seminar yang dilakukan dibalai kecamatan langgam, selain seminar juga ada prosesi makan bersama. Dipuncak acara atau satu hari sebelum ramadhan biasanya dilaksanakan lomba sampan atau perahu hias yang mengelilingi sungai sekitar. Tujuan dari tradisi mandi balimau kasai potang mogang ini pertama untuk membersihkan diri menyambut bulan suci ramadhan,kedua tradisi ini bertujuan untuk berkumpul dan bersilaturahim bersama masyarakat,teman,keluarga dan sebagainya. Selain masyarakat setempat acara ini juga dihadiri pemuka adat, kepala daerah seperti bupati bahkan gubernur. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori sistem sosial dengan informan sebanyak 2 orang yaitu bujang dan dara pelalawan. Hasil dari penelitian ini bahwa tradisi mandi balimau kasai potang mogang masih dilaksanakan hingga sekarang.

A. PENDAHULUAN

  1. Latar belakang

Kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan didalam masyarakat yang memberi jiwa pada masyarakat itu sendiri.  Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena dalam kehidupan selalu berurusan dengan adat istiadat.

Mandi Balimau Kasai Potang Mogang Di Kelurahan Langgam,Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau

Seperti yang kita ketahui bahwa sebagian besar masyarakat indonesia yang tinggal di pedesaan justru memiliki sifat yang sangat religius hal ini ditandai dengan berbagai ritual keagamaan yang dilakukan pada saat-saat tertentu misalkan melakukan tahlilan,syukuran, bahkan pengajian yang sering dilakukan setiap hari jumat. Selain itu banyak upacara-upacara adat yang dilakukan secara turun temurun seperti upacara saat pernikahan maupun saat kematian.

Tradisi sendiri berarti kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kegiatan yang sama dan kegiatan ini dilakukan secara turun-temurun. Selain tradisi yang telah disebutkan diatas gotong royong juga merupakan kearifan lokal untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan bersama yang didasarkan pada solidaritas sosial.Pelalawan merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di provinsi riau, pelalawan pada zaman dahulu adalah sebuah kerajaan yang bernama kerajaan pekantua, kerajaan ini didirikan oleh maharaja indera pada tahun 1380 M dan sultan terakhir yang memerintah kerajaan ini adalah sultan said harun.

Kemudian pada bulan oktober 1945 kerajaan pekantua menyatakan bergabung dengan negara kesatuan republik Indonesia. Kabupaten pelalawan sebelum dimekarkan merupakan bagian dari kabupaten kampar, namun pada tanggal 12 oktober 1999 terjadi pemekaran yang disahkan melalui UU NO.53 th 1999 dengan ibu kota pangkalan kerinci.Pelalawan terdiri dari 12 kecamatan yakni 4 kecamatan definitif dan 8 kecamatan pembantu. Salah satu kecamatan yang terdapat dipelalawan adalah kecamatan langgam,kecamatan ini terletak disebuah perkampungan yang dialiri salah satu aliran sungai kampar. Dikecamatan ini terdapat 8 desadan 1 kelurahan diantaranya langkan, segati, tambak, sotol, gondai, penarikan, bakung, padang luas dan kelurahan langgam.

Masyarakat dikecamatan ini mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan tak jarang kecamatan disebut-sebut sebagai penghasil ikan baik ikan segar maupun ikan yang telah dikeringkan menjadi ikan asin ataupun ikan salai. Selain nelayan masyarakat juga bermata pencaharian mencari madu atau dalam bahasa setempat yakni bahasa melayu disebut menumbai. Selain suku melayu dikecamatan langgam memiliki dua suku lainnya yaitu suku domo pangkalan dan suku domo sebuang parit. Didalam masyarakat juga memiliki kepada adat atau kepala suku yang dalam bahasa setempat disebut datuk atau ninik mamak. Peran datuk atau ninik mamak ini adalah sebagai pengatur ritual atau acara-acara adat seperti Mandi balimau kasai potang mogang. Satu minggu sebelum puasa diawali dengan acara pertunjukan pentas seni,maupun lomba-lomba seperti lomba rebana, adzan dll yang diikuti oleh masyarakat langgam.

Mandi balimau kasai potang mogang dilaksanakan 4 hari sebelum puasa atau  ramadhan dijadikan simbol sebagai pembersihan atau pensucian diri sebelum memasuki bulan ramadhan. Sebelum memasuki acara mandi balimau kasai potang mogang terdapat limau yakni bersih, balimau yang berarti mandi dengan air yang telah dicampur dengan jeruk purut, sedangkan kasai terbuat dari beras,kunyit,serai dan daun jeruk purut. Potang mogang sendiri berarti waktu menjelang petang yaitu diantara jam setengah empat hingga jam enam. Sebelum pada puncak acara mandi balimau kasai potang mogang ada banyak prosesi acara yang dilalui seperti upacara togak tonggul yakni sebagai lambang kemerdekaan dari suku yang terdapat dikecamatan langgam. Datuk/ninik mamak tidak memperbolehkan mandi didalam sungai secara bersama-sama.

Penulis sangat tertarik untuk meneliti tradisi mandi balimau kasai potang mogang. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Nilai-nilai islam dalam budaya dan kearifan lokal mandi balimau kasai potang mogang di keluarahan Langgam, kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, provinsi Riau”

2. Gambaran umum lokasi penelitian

Kelurahan langgam terletak dipinggir aliran sungai kampar, dan merupakan satu-satunya kelurahan yang terdapat dikecamatan langgam. Telah mengalami beberapa perubahan nama sebelum akhirnya bernama kelurahan langgam. Pertama kalinya bernama “ranah macang pandak” kedua yakni “bukit bendaharo bungsu” nama ketiga “apung peminggir laut” yang keempat ranah tanjung bunga”. Kelurahan langgam memiliki sumber daya alam yang sangat kaya sehingga ditunjangi sarana dan prasarana yang memadai oleh pemerintah daerah. Karena terletak dipinggir aliran sungai kampar, tak jarang ketika musim penghujan kelurahan langgam mengalami banjir yang sangat besar bahkan dalam kurun waktu yang sangat lama, akibatnya sangat mengganggu segala kegiatan masyayrakat terutama dalam hal ekonomi dan pendidikan. Kelurahan langgam memiliki iklim tropis sebagaimana iklim pada daerah lain di Indonesia, memiliki curah hujan rata-rata pertahun 2.200 mm.

Waktu tempuh menuju ibu kota kecamatan langgam kurang lebih 15 menit yang berjarak 0.5 km, sedangkan jarak dari ibu kota kabupaten pelalawan yakni 25 km serta 85 km jarak antara kelurahan langgam dengan ibu kota provinsi yaitu kota pekanbaru. Kelurahan langgam sendiri dilalui dua jalan poros menuju ibu kota provinsi. Dikelurahan langgam tanahnya sendiri berjenis tanah gambut serta airnya berwarna merah-merah kekuningan yang tidak layak jika dikonsumsi. Kelurahan langgam memiliki luas kurang lebih 11.70 km persegi. Dengan jumlah rukun warga (rw) 6 dan rukun tetangga (rt) 27.

Masyarakat langgam mayoritas beragama islam, tetapi banyak pendatang yang tidak hanya beragama islam melainkan non islam seperti kristen maupun hindu. Selain asli suku melayu masyarakat langgam juga ada yang bersuku lain seperti pendatang suku jawa, suku batak dan suku nias. Dengan bermatapencaharian sebagai nelayan, buruh serta lainnya. Walaupun terletak jauh dari perkotaan namun sarana pendidikan sudah sangat lengkap mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang terdapat disana adalah sekolah tinggi ilmu teknologi pelalawan.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan penulis saat melakukan penelitian adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif sendiri menurut sukmadinata adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis suatu fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok. Dalam mengumpulkan data dan mengulas permasalahan yang akan diteliti penulis melakukan langkah-langkah sistematis, sebagai perbandingan baik data yang dikumpulkan dari penelitian pustaka maupun penelitian di lapangan. Penelitian pustaka sendiri digunakan untuk keperluan teoritis sedangkan penelitian yang dilakukan dilapangan dimaksudkan untuk memperoleh informasi lebih detail terkait sasaran yang diteliti, seperti lokasi penelitian,subjek penelitian, teknik pengumpulan data serta sumber data.

  1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan dikelurahan langgam, kabupaten pelalawan, provinsi riau. Penelitian dilakukan didaerah ini karena terdapat satu tradisi unik yang belum banyak diketahui oleh masyarakat luar yaitu tradisi mandi balimau kasai potang mogang. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengulas sebuah tradisi dan untuk memberi informasi kepada masyarakat luas tentang tradisi yang telah dijalankan sejak zaman kerajaan hingga sekarang, yang mana tradisi ini dilaksanakan satu tahun sekali dalam menyambut datangnya bulan suci ramadhan.

2. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah orang yang memberi informasi terkait tradisi ini.

3. Sumber data

Meurut lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, seleihnya adalah data tambahan seperti dokumen.

Dalam penelitin ini sumber data berasal dari  kata-kata dan tindakan yang peroleh dari narasumber atau informan. Sedangkan dokumen ataupun data tertulis merupakan sumber data tambahan guna menambah wawasan dalam melakukan penelitian. Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah bujang dan dara pelalawan.

4. Teknik pengumpulan data

a. Observasi

Metode observasi menurut mardalis adalah hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang diinginkan, atau suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang suatu keadaan atau fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat. Dengan melakukan observasi dapat diperoleh gambaran dan kesimpulan dari apa yang diteliti.

b. Wawancara

Lexy J Moeleong mendefinisikan wawancara sebagai percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua belah pihak yaitu orang yang bertanya dan orang yang menjawab. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara langsgung dengan informan, peneliti mengunakan wawancara tanpa terstruktur maksudnya adalah bertanya tanpa menyusun pertanyaan terlebih dahulu, artinya pertanyaan bersifat bebas namun berkaita dengan penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi menurut sugiyono adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi serta keterangan yang dapat mendukung dalam proses penelitian.

Dokumentasi disini merupakan data tertulis baik dalam bentuk buku, arsip maupun dokumen, dan gambar, yang dapat digunakan sebagai pendukung dalam melakukan penelitian.

 d. Analis Data

analis data merupakan proses mekmanai data. Analisis data terbatas pada penggambaran serta penjelasan secara mendalam tentang keadaan yang sebenarnya. Dalam teknik ini menggunakan teknik analisa kualitaif.B

C. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

  1. Asal-usul tradisi mandi balimau kasai potang mogang

Mandi balimau kasai potang mogang adalah upacara tradisional yang dilakukan secara turun-temurun setiap satu tahun sekali. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk syukur masyarakat karena akan memasuki bulan suci dan penuh berkah yakni bulan ramadhan. Selain ungkapan rasa syukur juga merupakan simbol pensucian atau pembersihan diri. Dengan menggunakan jeruk karena jeruk sendiri identik dengan bersih hal ini sebabkan jeruk biasa digunakan untuk membersihkan kotoran dan untuk menghilangkan bau yang tidak sedap. Sedangkan kasai berati lulur, lulur tersebut terbuat dari air beras, kunyit, daun serai dan daun jeruk. Potang mogang sendiri berarti menjelang petang yakni waktu antara ashar dan magrib. Bagi masyarakat melayu tradisi ini memiliki makna yang sangat dalam yakni mensucikan diri dalam menyambut bulan ramadhan.

2. Pelaksanaan tradisi mandi balimau kasai potang mogang

Tradisi mandi balimau kasai potang mogang dikelurahan langgam tentu berbeda dengan derah lainnya. Di tradisi ini tidak diperbolehkan mandi bersama-sama dengan yang bukan mahrom hal ini dinilai tidak sesuai dengan aturan agama jika mandi bersama-sama dengan yang bukan mahrom. Salah satu keunikan dari tradisi ini adalah adanya upacara tonggak tongkul, Namun sebelum melakukan upacara tersebut ada beberapa acara yang terlebih dilaksanakan seperti ziarah kubur, seminar ataupun pengajian, pertunujukan seni oleh masyarakat, dan permainan. Untuk pendanaan acara mandi balimau kasai potang mogang diperoleh pemerintah daerah, karena acara ini masuk dalam anggaran pemerintah daerah.

Puncak pelaksanaan mandi balimau kasai potang mogang adalah satu hari sebelum memasuki bulan puasa yakni dilaksanakan pada sore menjelang petang. Untuk prosesi upacara tonggak tongkul sendiri dilaksanakan dengan menaikan bendera atau lambang kebesaran dari suku besar melayu, yang diikuti oleh ninik mamak seluruh kabupaten pelalawan dibawah naungan datuk rajo. Adapun rangkain acara yang dilaksanakan sebelum upacara dan sesudah upacara tonggak tongkul adalah sebagai berikut :

a. Arak-arakan atau pawai

Arak-arakan atau pawai ini dilakukan oleh masyarakat yang dilakukan  dari balai adat atas menuju balai adat ranah tanjung tepatnya ditepi aliran sungai kampar. Arak-arakan biasanya dimulai pukul 09.00 WIB, barisan dalam arak-arakan pun tidak sembarangan yakni barisan pertama di isi oleh para datuk yang berasal dari kecamatan langgam.

b. Upacara tonggak tongkul

Setelah arak-arakn tiba dibalai adat ranah tanjung para rombongan akan disambut dengan silat pangean. Silat pangean sendiri dan populer di ranah melayu. Setelah prosesi menyambutan selesai upacara tonggak tongkul dilaksanakan yakni dengan menaikan bendera atau lembang kebesaran suku.  Upacara ini dipandu oleh seorang pembawa acara. Prosesi pertama adalah penyerahan tonggul oleh sanak padusi kepada mamak suku, kedua mamak suku menyerahkan tonggul kepada ketua anak jantan. Untuk jumlah tonggul sendiri ada 63 buah, bersamaan dengan proses penaikan tonggul yakni dilaksanakannya acara pemotongan hewan kurban. Hewan kurban untuk penaikan tonggul adalah kerbau sedangkan untuk prosesi penurunan adalah kambing. Jika saat penaikan yang dikurbankan atau yang dipotong adalah kambing maka saat prosesi penurunan menggunakan ayam. Hewan yang akan dipakai dalam prosesi adat sebelumnya  telah dimusyawarahkan oleh panitia.

Tonggul yang dinaikan harus condong ketengah ini bermakna sebagai tanda ketaklukan, ketaatan dan kepatuhan kepada datuk adat. Saat proses penaikan tonggul masyarakat tidak dianjurkan untuk berkata kasar ataupun kotor baik lisan  maupun didalam hati,yang dimaksud adalah tidak boleh membicarakn keburukan tonggul seperti bentuk maupun warna. Jika melakukan hal tersebut masyarakat percaya bahwa orang tersebut akan ditimba kesakitan/sakit. Filosofi ataupun makna dari hal ini adalah tidak boleh mencaci maki, berprasangka buruk dan senantiasa harus menjaga  hati maupun ucapan. Setelah tongkul tegak datuk suku menghimpau untuk seluruh anak-kemenakan dan memberikan petuanh atau  nasihat agar tidak membuat atau melakukan kekacauan. Jika melakukan kerusuhan maka akan dikenai sanksi adat. Nilai yang terkandung dari tonggak tongkul ini adalah sebagai lambang keadilan, persatuan dan persaudaraan.

c. Makan beradat

Makan bersama yang dilakukan oleh para tokoh adat, tokoh masyarakat maupun instansi pemerintahan. Prosesi makan beradat dilakukan pagi hari setelah selesai dilaksanakannya upacara tonggal tongkul.

3. Makna tradisi mandi balimau kasai potang mogang

Setiap tradisi tentu memiliki makna yang sakral bagi masyarakat setempat. Makna yang terdapat pada tradisi mandi balimau kasai potang mogang adalah untuk mengikat tali kebersamaan dalam masyarakat  yang mana tradisi ini bukanlah ajaran atau sunnah dari rasulullah melainkan hanya tradisi yang memiliki nilai serta makna yang dalam bagi masyarakat setempat yakni masyarakat dikecamatan langgam. Selain makna kebersamaan makna lain dari tradisi ini adalah simbol pensucian diri baik lahir maupun batin, selain itu juga sebagai betuk rasa syukur dan rasa senang karena datangnya bulan ramadhan. Makna sesungguhnya dari mandi balimau kasai potang mogang ini adalah mandi taubat.

Fungsi dari mandi balimau kasai potang mogang ini adalah untuk menyatukan masyarakat dan sebagai salah satu momen bersilaturahim untuk bermaaf-maafan dalam menyambut bulan suci ramadhan sehingga dapat disimpulkan mandi balimau kasai potang mogang berfungsi dalam hal religius atau keagamaan dan sosial.B

D. PENUTUP

  1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan:Sebelum dilaksanakan acara mandi balimau kasai potang mogang di kelurahan langgam, ada beberapa prosesi acara yang terlebih dahulu dilaksanakan seperti ziarah kubur, seminar maupun tabligh akbar, pentas seni dan permainan rakyat. Sebelum masuk pada acara puncak pun dilakukan arak-arakan atau pawai,upacara penaikan togak tonggul pada pagi hari serta pemotongan hewan kurban, makan beradat dan penurunan togak tonggul serta pemotongan hewan kurban pada sore hari.

Makna dari mandi balimau kasai potang mogang sendiri adalah sebagai makna sosial karena adanya interaksi langsung antar masyarakat, seperti gotong royong untuk kesuksesan acara tersebut. Adapun tujuan nya adalah untuk mempererat tali silaturahim antar masyarakat guna menjaga dan melestarikan tradisi mandi balimau kasai potang mogang.

2. Saran

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan mengenai tradisi mandi balimau kasai potang mogang yang bertepat di kelurahan langgam, kecamatan langgam, kabupaten pelalawan,provinsi riau adalah sebagai berikut.

  • Penulis berharap masyarakat terus mengembangkan serta senantiasa melestarikan tradisi mandi balimau kasai potang mogang yang telah ada sejak zaman kerajaan hingga sekarang yang telah dilakukan secara turun-temurun.
  • Penulis juga berharap kepada pemerintah daerah untuk terus memperhatikan kebudayaan agar tetap lestari, dengan begitu penulis berharap pemerintah daerah dapat memberikan sarana dan prasarana yang lebih baik lagi.

Daftar Pustaka

Effendy, Tenas H. 2016. Dari pekantua ke pelalawan lintasan sejarah. Balai kajian dan pengembangn budaya melayu (BKPBM).

Ashsubli, muhammad. 2018. Islam dan kebudayan melayu nusantara. Pekanbaru: Sinar media abadi.

Koentjarangrat. 2004. Manusia dan kebudayaan. Jakarta: Djambatan.

Rasyid, yunus. 2014. Nilai-nilai kearifan lokal sebagai penguat karakter bangsa.

Jatmiko, wisnu. Firmannsyah,dian. Yusuf mohammad.dkk. 2015. Panduan penulisan artikel ilmiah. Depok: Fakultas ilmu komputer universitas indonesia.

Jurnal: Putri hardyanti. 2019. Tradisi mandi balimau kasai potang mogang dikecamatan langgam kabupaten pelalawan. Jurnal fakultas ilmu sosial dan politik.