Peran Kajian Islam Dalam Menangkal Radikalisme

SINAR– Gedung Graha Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta pagi itu dipenuhi dengan 2500-an mahasiswa baru yang sangat antusias mengikuti studium general sebagai kuliah perdananya, Jumat (11/9).

Studium general kali ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Bisa dikatakan kuliah perdana ini merupakan kuliah perdana teristimewa sepanjang masa dikarenakan panitia menghadirkan alumni pertama STAIN Surakarta yang telah sukses di kehidupan akademik khususnya. Didin Nurul Rosyidin, M.A,. Ph.D diamanahi Rektor IAIN Surakarta, Dr. Mudhofir untuk memotivasi, menginspirasi, dan mengajak mereka untuk mengambil peran dalam menangkal radikalisme sesuai dengan tema yang sedang diangkat yakni Peran Kajian Islam Dalam Menangkal Radikalisme.

Riuh tepuk tangan berulang kali terdengar saat Didin menyampaikan prestasinya sekaligus kisah-kisah haru dalam menempuh studi. Beliau ingin menularkan semangatnya dalam meraih cita-cita. Didin yang merupakan alumni STAIN Surakarta mampu melanjutkan studi S2 dan S3 nya di Leiden University, Belanda, dengan beasiswa penuh. “Kalau saya bisa, kalian harus melampaui saya. Sekarang internet sudah ada, informasi mudah diakses, ngetik sudah ada laptop. Keadaannya sangat jauh berbeda dengan zaman saya. Saya keluar negeri tanpa internet lho,” terang Didin di hadapan ribuan mahasiswa baru.

Dalam makalahnya, Didin menyampaikan tentang pentingnya Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) untuk mengusung ideologi moderasi dalam hal pemikiran keagamaan Islam. Hal itu sesuai dengan tujuan awal dibangunnya PTAI yaitu untuk bisa menghasilkan para sarjana agama yang dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan hubungan yang harmonis antara berbagai komunitas yang berbeda di Indonesia. Menurut Didin, PTAI dituntut untuk mengembangkan Islam yang moderat atau melakukan moderasi Islam guna meredam radikalisme karena PTAI menjadi salah satu rujukan utama studi Islam di Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya.

Sementara itu, dalam sambutannya, Mudhofir menuturkan bahwa mahasiswa pasti akan bersentuhan dengan kehidupan nyata dan kehidupan nyata itu akan dikendalikan dengan hukum-hukum sosial dan kebudayaan. Dimana agama berperan sangat penting karena agama akan menginspirasi tindakan manusia.

“Mahasiswa tidak boleh memiliki pemikiran yang sempit, karena itu akan menimbulkan sikap radikal. Radikal ada adalah mudah menyalahkan orang lain dan mudah membenarkan diri sendiri. Dan tugas kalian adalah mencerahkan masyarakat tentang kehidupan yang lebih bermanfaat karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain,” pungkasnya. (yin)