Mahasiswi Sastra Inggris IAIN Surakarta Menari di Australia dan Jepang

Mahasiswi-Sastra-Inggris-IAIN-Surakarta-Menari-di-Australia-dan-JepangSINAR – Qhonyya Rizqyanov, mahasisiwi Sastra Inggris Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, duduk di bangku semester 4 yang tergabung dalam Sanggar Batik Carnival (SBC) Community, bersama dengan lima penari lainnya diundang oleh Atase Pendidikan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra, Australia untuk berpartisipasi pada acara National Multicultural Festival pada 13 Februari 2016.

“Adalah sebuah kebanggaan bagi saya untuk dapat membawa nama SBC dan Sastra Inggris dan IAIN Surakarta dalam kancah internasional,” ungkap Qhonyya, mahasiswi yang didaulat menjadi koreografer drama bahasa Inggris Wives of the Iron yang akan dipertunjukkan pada festival drama bahasa Inggris Fairy Tale X bulan Mei mendatang.

Pada akhir Februari, tepatnya tanggal 25-26, Qhonyya juga akan terbang ke Jepang pada acara Tokyo Marathon yang bertempat di Tokyo Big Sight Ariake. Partisipasi dia dikarenakan undangan dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia dalam rangka mempromosikan pariwisata Indonesia di wilayah Asia pasifik khususnya Jepang.

Berkenaan dengan prestasi Qhonyya ini, Lilik Untari, selaku Kepala Jurusan Sastra Inggris mengatakan bahwa Jurusan Sastra Inggris mendukung penuh pengembangan bakat dan minat mahasiswa. Dalam kaitannya dengan bakat tari Qhonnya, Jurusan Sastra Inggris mewadahinya lewat drama dan Eco Culture, sebuah acara tari tahunan.

Melalui aplikasi WA, Dr. Syamsul Bakri, S.Ag selaku Wakil Rektor III juga turut mengucapkan selamat kepada Qhonyya Rizqyanov yang telah membawa nama baik institut. “Ini hal menarik dalam dinamika mahasiswa IAIN Surakarta, yang bukan hanya mempromosikan IAIN Surakarta keluar namun juga menciptakan citra bahwa IAIN Surakarta bukan hanya pusat kajian agama tapi juga berkecimpung dalam bidang kebudayaan,” ungkapnya.

Selain itu, Syamsul juga mengucapkan terima kasih untuk apa yang telah dilakukan Qhonyya Rizqyanov karena ini merupakan wujud kontribusi dalam membangun citra Islam yang modern dan berdampak perubahan bagi masyarakat.

“Islam bukan hanya bergumul pada isu-isu khas Islam tapi juga isu kontemporer. Islam menjadi nilai dan pendekatan dalam urusan dinamika modernitas dan tanggap terhadap dinamika zaman, ramah dan memberikan religiusitas dalam masalah aktual,” imbuhnya. (Yin/Humas Publikasi)

Sumber: Luthfie Arguby P (Dosen Jurusan Sastra Inggris)