Roadmap Akreditasi Jurnal IAIN Surakarta

SINAR– Semangat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta dalam menjaga dan membenahi jurnal untuk menjadikannya terakreditasi nasional tak bisa dianggap remeh. Setelah jurnal online IAIN Surakarta menduduki peringkat ke 7 pada MORAREF, IAIN Surakarta mengadakan Workshop Roadmap Akreditasi Jurnal di Hotel Lor In Solo, Rabu (19/10).

Workhsop ini bertujuan untuk memberikan simulasi proses akreditasi jurnal pada laman ARJUNA (Akreditasi Jurnal Nasional) sekaligus sebagai media silaturahmi para pengelola jurnal lintas fakultas di IAIN Surakarta dan lintas universitas. Yusup Rohmadi, M. Hum, ketua pengelola Omah Jurnal IAIN Surakarta mengatakan bahwa sangat diharapkan dari forum ini akan ada kerjasama pengelola jurnal, naskah dan hasil penelitian. “Workhsop ini penting demi kemajuan bersama khususnya memajukan pengelolaan jurnal, dan demi kemajuan Indonesia,” ujar Yusup.

Sedangkan Rektor IAIN Surakarta, Dr. Mudofir mengucapkan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para pengelola Omah Jurnal. “Disini, selaku Rektor, saya bertugas untuk memobilisasi SDM dan memaksimalkan aset-aset yang yang ada, salah satunya adalah menjaga kualitas jurnal,” kata Rektor. “Saya berpikir tentang bangsa dan mengajak mereka berpikir akurat, logis, sistematik, dan berbobot. Tentang jurnal, konsep utamanya adalah memiliki wawasan dan cinta ilmu. OJS mengajarkan tentang kejujuran. Bagaimana sebuah tulisan ditulis dengan keringat sendiri. Disini, IAIN Surakarta sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah dalam bidang pendidikan. Pendidikan hanya diakui melalui karya ilmiah yang terpublikasi dan diakui oleh lembaga-lembaga kredible. Sehingga jurnal ini menjadi sangat crusial,” tambahnya.

Mendatangkan narasumber dari LIPI yang sekaligus merupakan project manager OJS di Indonesia, Dr. Lukman, S.T., M. Hum memberikan pencerahan yang luar biasa tentang filosofi OJS dan simulasi akreditasi jurnal.  Lukman mengatakan bahwa filosofi OJS adalah wakaf ilmu untuk dunia. Dan yang tak kalah penting lagi adalah bagaimana menjaga kualitas isi jurnal dan dapat diakses dimanapun agar sebuah ilmu tersebut dapat dibaca dan dipakai secara internasional.  Lukman juga menginformasikan bahwa akreditasi jurnal cetak tidak berlaku semenjak 1 April 2016, sehingga jurnal online menjadi sangat urgent.

Satu hal yang tidak boleh diabaikan dalam pengelolaan jurnal adalah peran seorang ahli IT yang sudah seharusnya dijadikan mitra kerja bukan hanya sekedar supporting. Bahkan Lukman sangat menyarankan agar IT harus masuk dalam anggaran jurnal.  Setelah penjelasan yang cukup panjang, simulasi nilai jurnal pun dilaksanakan dengan tujuan agar mengetahui nilai jurnal sebelum submit untuk dinilai.

Pasca break, workhsop dilanjutkan oleh pemateri kedua, Almakin, Ph.D dari pengelola Jurnal Al Jamiah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam materinya Almakin mengatakan bahwa MORAREF ada sebagai bukti semangat yang tinggi untuk menghidupkan jurnal dan mempublikasikan karya ilmiah ke khalayak luas. Di Kementerian Agama terdapat 412 jurnal dan 52 nya sudah terakreditasi nasional. Menurutnya, yang menjadi persoalan utama saat ini adalah penulis itu sendiri. Tidak banyak penulis yang aktif memproduksi artikel. Jika tidak ada penulis artinya tidak ada artikel yang masuk untuk diedit maupun dipublikasikan. Artinya lagi, jurnal tersebut hidup segan mati tak mau. Jadi jika ingin memiliki jurnal yang berkualitas maka peliharalah para penulis. Karena penulis adalah modal terbesar sebuah jurnal.

Wahyu, Editor Jurnal Ulumuna dari  IAIN Mataram memberikan sedikit komentar tentang kegiatan ini. Menurutnya, akreditas jurnal merupakan kebutuhan. Kedua pembicara baik yang dari LIPI maupun dari UIN Sunan Kalijaga telah memberi jawaban tentang banyaknya pertanyaan mengenai akreditasi online. Para pembicaranya sangat representatif. “Saya sarankan, agar kegiatan kedepan juga menghadirkan narasumber yang dari Non Islamic Studies sehingga konten lebih bagus,” tutur Wahyu. Arin, peserta dari UNIDA merasa bahwa workshop ini sangat membantu saat nanti jurnal kami akan akreditasi. “Disini kami jadi mengetahui bagaimana mengembangkan jurnal hingga OJS dan terakreditasi,” katanya. Sedangkan Sigit, peserta dari Universitas Muhammadiyah Ponorogo tidak memungkiri bahwa ia dan tim pengelola jurnal kurang memahami roadmap akreditasi jurnal. Namun, kedua narasumber mampu memberikan gambaran apa-apoa saja yang berlu dievaluasi sebelum kami mengajukan akreditasi pada tahun 2017.

Peserta adalah para pengelola jurnal di lingkungan IAIN Surakarta dan beberapa kampus lain  seperti UNIDA, IAIN Mataram, Universitas Muhammadiyah ponorogo, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ijtihad Pekalongan, STAI Matoliul Falah Pati, IAIN Palangakaraya, STABN Wonogiri, dan STAIN Kudus. (Yin/ Humas Publikasi) #BanggaIAINSurakarta