Tatkala Moratorium ULP

irwan-edOleh: Irwan Rohardiyanto, S.S., M.Hum.
(Dosen di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Surakarta) 

#BanggaIAINSurakarta

Air mataku pun kini keringlah sudah… Keluh Alex Missbar kepada Simon Madeshu sahabat karibnya. Mereka merupakan pekerja amatir di salah satu perguruan tinggi di kota Bengawan. Alex merasa ada yang kurang beres berkaitan dengan haknya sebagai ASN RI. Dia terpaksa menghabiskan kala untuk aktivasi hemisfer kanannya agar kreativitasnya meningkat demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga kecilnya. Hak tersebut yaitu terhentinya aliran uang lauk pauk (ULP) hampir lebih dari sepasang purnama terakhir. Berapapun nominal ULP tersebut, Simon dan Alex merasa haknya terabaikan. Memang ini seperti kriwikan dadi grojogan (hal yang sebenarnya kecil menjadi sesuatu yang besar).

Apa sih yang enggak bisa dimoratorium buat negeri yang konon katanya diciptakan Allah sambil tersenyum ini. Negeri yang berlimpah SDA (Sumber Daya Alam) yang tersohor akan slogan gemah ripah loh jinawi kertoraharjo. Moratorium merupakan langkah strategis untuk memberhentikan, menunda, atau menangguhkan suatu hal karena kondisi tertentu. Moratorium rekruitmen ASN sedang berlangsung, moratorium pengiriman TKI masih gencar. Bahkan di perguruan tinggi juga memoratorium beberapa hal, misalnya moratorium pemberian ULP. Akankah kejadian Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah yang menghentikan distribusi uang makan dan minum untuk PNS karena dialihkan untuk pembangunan infrastruktur darurat di awal tahun monyet ini terulang kembali?

ULP yang juga dikenal sebagai uang makan atau uang makan-minum merupakan uang diluar gaji yang diberikan kepada ASN. Simon dan Alex pun terkena imbas moratorium ULP. Sewaktu mereka masih duduk di bangku sekolah dasar atau di taman kanak-kanak,  bu guru selalu memberitahu berulang-ulang mengenai hal yang urgent, sebagai misal: Anak-anak, jangan lupa besok membawa kaos olahraga, kita akan memperingati Hardiknas; atau bu guru TK menyampaikan: Anak-anakku tersayang, besok Rabu sampai Sabtu libur ya, kalian jangan lupa belajar dan jangan lupa pula anak-anak beribadah di rumah  masing-masing. Saat ini, betapa terkejutnya Simon dan Alex ketika moratorium yang sangat urgent tersebut tanpa ada pemberitahuan yang resmi baik lisan maupun tertulis baik manual maupun elektronik. Mereka terlanjur memasukkan ULP tersebut ke dalam anggaran pendapatan dan belanja rumah tangga masing-masing. Imbasnya, saat putra kesayangan Simon yang bernama Gabriel dan Clara merajuk minta dibelikan es krim yang ada hadiahnya vcd kartun dan jajan tahu bulat, atau minta menu makan istimewa, Simon hanya bisa diam dan termenung sambil menjawab lirih, ‘woles nak ULP babe belum cair, insyaAllah bulan depan.’

Belajar dari Ki Ageng Kayam

Mangan Ora Mangan Kumpul (Makan tidak makan asalkan bisa berkumpul) merupakan salah satu karya Ki Ageng Kayam (Umar Kayam/ Uka) yang cukup inspiratif dalam menghadapi moratorium ULP ini. Pesan moral dalam karya sketsa ini yaitu “jangan melihat hidup secara ekstrem: banyak problem, tapi kita masih bisa selalu betah karena hidup tak pernah jadi proses yang soliter (menyendiri).  Banyak kesulitan, tetapi tak pernah terasa getir dan pahit dari mulut Pak Ageng karena masih banyak orang yang menyenangkan di sekitar kita (ucap Goenawan Mohamad)”. Jadikan kawan atau orang-orang terdekat sebagai penyemangat untuk bisa move on.

Sugih Tanpa Bandha (Merasa kaya meskipun tidak punya harta) atau Mangan Ora Mangan Kumpul jilid 2 menunjukkan bahwaKi Ageng Kayam ingin menegaskan bahwa adanya nilai-nilai lebih tegas yang paradoksal, sebagai salah satu cara khas yang sering ditempuh orang Jawa untuk menegaskan keyakinannya (terang Sapardi Djoko Damono). Meskipun ada moratorium ini, yang penting yakin bisa melewati badai ini untuk menatap hari esok yang lebih cerah.

Madhep Ngalor Sugih, Madhep Ngidul Sugih (menghadapkan badan ke utara bisa kaya, menghadapkan badan ke selatan juga bisa kaya) atau Mangan Ora Mangan Kumpul jilid 3 karya Ki Ageng Kayam tentang optimisme kaum proletar dalam mengarungi hidupnya dan keselarasan dengan kaum borjuis. Ditekankan pula oleh Mohamad Sobary bahwa semestinya pola relasi umum kaum ndoro dengan para batur tak boleh eksploitatif, tidak berdasarkan kekuasaan melainkan atas kehangatan manusiawi sebagaimana Pak Ageng dan Mister Rigen sekeluarga. Jadi kira-kira pesan Ki Ageng: Janganlah pada sok keningrat-ningratan terhadap sesama. Dalam beberapa sketsa Ki Ageng Kayam, terdapat ekspektasi supaya para pemegang kebijakan bersikap bijaksana, memahami dan membantu warga (bawahan/ karyawan) terutama dalam segi keadilan sosial dan pemerataan perasaan. Menyimak beberapa karya tersebut mengingatkan agar sebagai majikan untuk segera membayar upah buruh sebelum keringatnya mengering. Tri dharma dari dasa dharma Pramuka pun bisa dijadikan panduan untuk menghadapi situasi paceklik ini yaitu cinta alam dan kasih sayang sesama manusia; rela menolong dan tabah; serta hemat, cermat dan bersahaja.

Notifikasi/ pemberitahuan/ pengumuman resmi sangat dinanti oleh segenap civitas akademika terutama Simon dan Alex. Para pejabat terkait diharapkan akan fair-minded dan dependable mendengar, merespon, menyampaikan informasi semaksimal mungkin. Sehingga tidak membuat Simon dan Alex beserta rekan sejawatnya berimajinasi njagakake endhoge Si Blorok (berharap kepada sesuatu yang belum pasti). Semoga.