Peran Bahasa Di Kelas Sebagai Bagian Dari Proses Sosial

Oleh: Vilya Lakstian Catra Mulia, S.Hum., M.Hum
(Dosen Linguistik dan Bahasa Inggris di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Surakarta)

#BanggaIAINSurakarta

 

Keberadaan kelas tidak dapat dipisahkan sebagai sebuah seting dalam kegiatan belajar secara formal. Di dalamnya terdapat pendidik (guru atau dosen) beserta peserta didik (murid atau mahasiswa). Keduanya hadir bersama berbagai unsur kegiatan belajar meliputi materi pembelajaran, buku, silabus, dan semuanya itu dibalut dalam kurikulum yang secara relevan disepakati untuk menghadirkan suatu ideologi yang spesifik sesuai dengan tingkatannya. Ideologi itu dapat dilihat melalui adanya tujuan pembelajaran yang dibangun oleh berbagai kompetensi yang diharapkan sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Mengapa seting kegiatan belajar ini perlu hadir di masyarakat? Bahasa memiliki peran penting untuk menggerakkan seluruh perangkat belajar itu. Gee (1999) mengatakan bahwa fungsi bahasa manusia adalah untuk mendukung pelaksanaan aktifitas-aktifitas sosial dan keanggotaan manusia dalam budaya maupun kelompok sosial atau institusi. Pendidikan di masyarakat memiliki misi, yaitu membawa masyarakat untuk memiliki kemampuan guna meningkatkan kualitas hidup dirinya maupun secara kolektif memberikan kontribusi secara fungsional untuk mengembangkan masyarakat dan budayanya. Oleh karena itu, dengan didukung oleh sejumlah perangkat belajar tersebut, dapat dikatakan bahwa kelas menjadi sebuah seting yang tepat dalam mengajarkan beragam pengalaman yang secara real telah terkonstruksi secara sosial.

Kegiatan yang dilakukan di kelas menjadi suatu praktik sosial sehingga menciptakan wacana yang terspesialisasi dan terspesifikasi. Aktifitas di kelas 3 SD, tentu akan berbeda dengan kelas 3 di satuan pendidikan di atasnya. Begitu juga dengan kuliah di semester 3 tentu berbeda dengan semester sebelum maupun sesudahnya. Stratifikasi akademik juga mempengaruhi kompetensi yang diharapkan. Tentu, semakin meningkat keahliannya.

Hadirkan melalui Bahasa

Kelas juga merupakan praktik dari ekplorasi budaya yang terstruktur dan bertingkat untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan, fungsi bahasa menjadi optimal dengan mengeksploitasinya melalui setiap ekspresinya yang relevan. Hadirnya wacana di setiap kelas menunjukkan bahwa bahasa berperan sebagai teks, dimana keberadaannya di dalam suatu konteks. Teks berasal dari lingkungan sosial yang dibawa ke kelas sebagai pemicu berkembangnya suatu hal dalam sudut pandang ilmu yang sedang dipelajari.

Penggunaan bahasa ini kemudian diekspresikan dalam suatu register. Hal ini juga didukung bahwa bahasa dipengaruhi oleh lingkungannya baik fisik atau non-fisik. Register merupakan realisasi dari perilaku menggunakan bahasa. Maka, dapat dipahami kelas agama pasti akan berbeda dengan matematika, atau kelas dari domain ilmu sosial juga berbeda pula dengan ilmu alam, dan seterusnya.

Selain mencapai tujuan, kelas juga menerapkan perilaku bertahap. Terdapat proses yang dibutuhkan untuk mencapai indikator sukses dari kegiatan belajar. Terdapat dua hal dimana bahasa menjalankan teknis belajar. Christie (2002: 3) menjelaskan bagaimana bahasa menjalankan suatu register terhadap mekanisme kegiatan di kelas. Regulative Register adalah pelaksanaan aktifitas di kelas yang dilakukan dengan berbasis tujuan, arah, dan tahap. Sedangkan Instructional Register merupakan realisasinya bersama dengan suatu “konteks” yang sedang diajarkan maupun yang dipelajari.

Pendidik memiliki tanggung jawab agar pembelajarannya tetap on track. Begitu juga dengan peserta didik, mereka juga harus fokus pada aktifitas belajar dan menjaga semangatnya. Aplikasi instruksional itu dapat dilakukan dalam ranah teori maupun praktik. Oleh karena itu, pendidikan juga menghadirkan berbagai konsep agar materi dapat diinternalisasikan dalam diri peserta didik, selain secara fisik dilakukan melalui praktik.

Latihan yang diberikan di kelas tentu memiliki dasar. Secara fungsional, manusia menjalankan tindakan ‘memberi’ dan ‘menerima’ dari level informasi hingga tindakan dimana semua telah rutin menjadi bagian dalam masyarakat. Sinclair dan Coulthard (dalam Christie, 2002: 5) meneliti adanya formula yang diidentifikasi dari interaksi yang terjadi di kelas. Terdapat tiga bagian yaitu inisiasi, respon, dan evaluasi.

Dimulai dari kelas, peradaban tumbuh di masyarakat. Di dalamnya mengandung semangat yang luhur dimana setiap partisipan yang terlibat di dalamnya memiliki penghargaan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Kelas menjadi realisasi dari ketaatan kita sebagai mahluk ciptaan Allah . Hal ini seperti dalam cuplikan Q.S Thaahaa: 114, “…., dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.””. Dengan melaksanakan kegiatan pendidikan, sudah seharusnya menjadi wujud syukur kita sekaligus menjadi bentuk semangat sebagai hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa.

Selain menggerakkan aktifitas kelas, bahasa juga menjadi elemen penting dalam membawa nilai-nilai luhur yang tidak hanya terbatas pada konsep dan praktik dari suatu konsentrasi ilmu semata, tetapi juga membangun kehidupan sosial yang lebih baik dan bermartabat.