Wisudawan Terbaik IAIN Surakarta 2017 Pernah Jualan Arem-Arem

SINAR- Nur Isnaini Wulan Agustin, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI)  Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) ini tercatat menjadi wisudawan terbaik pada Wisuda Sarjana dan Magister ke-34 IAIN Surakarta periode April 2017. Ulin, seperti itulah ia akrab disapa. Dengan usia yang relatif belia, 21 tahun, Ulin berhasil lulus dengan predikat sangat memuaskan, yakni memiliki IPK 3,80.

Dalam tugas akhirnya, Ulin meneliti tentang penggunaan blog di kelas Interpreting. Sasaran penelitian tersebut adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester. Karena pada kelas Interpreting dilaksanakan dengan oral production maka menurutnya blog dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahunan materi interpreting selain belajar di dalam kelas saat perkuliahan. Meskipun blog hanya menjadi materi tambahan, namun ini dapat membantu mahasiswa agar dapat memahami materi dengan baik dan saat sesi praktik. 6. Berdasar penelitian tersebut, mahasiswa terbantu dengan blog, khususnya saat kelas Interpreting.

Dara berperawakan mungil karena tidak doyan makan nasi ini merupakan mahasiswa penerima bidikmisi yang mampu menyelesaikan studi selama 7 semester atau tepatnya 3 tahun 6 bulan. Berasal dari keluarga ekonomi lemah tak membuat Ulin patah arang saat menempuh pendidikan. Jenjang demi jenjang ia lalui. Sejak berada di bangku Taman Kanak-Kanak ia  hanya sekolah di sekolah yang biasa-biasa saja. Namun, mimpi yang ia bangun sejak dini tentang pendidikan setinggi langit membuat ia selalu semangat meski seringkali biaya sekolah menjadi kendala. Usaha dan keberuntungan datang pada waktu yang tepat. Dengan bekal prestasi selama di MTsN Karanganyar, ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh ketika melanjutkan studi di MAN Karanganyar. Seleksi ketat saat mendaftar beasiswa bidikmisi IAIN Surakarta pun ia lakoni demi melanjutkan ke jenjang kuliah tanpa membebani kedua orang tua.

Terlahir dari orang tua yang mempunyai kebudayaan yang berbeda tak membuatnya sulit beradaptasi dengan lingkungan. Sang ayah, Iding, berasal dari Ciamis Jawa barat, sedangkan Ibu, Ninik Purwanti, berasal dari Karanganyar, Solo, Jawa Tengah. Keduanya berprofesi sebagai pedagang. Iding adalah pedagang kerupuk yang setiap harinya loper ke warung-warung sedangkan Ninik berjualan makanan ringan di SD dekat rumah. Profesi sang orang tua tak menggetarkan langkahnya. “Saya hanya bermimpi untuk dapat kuliah dengan tidak membebani orang tua, apapun caranya,” katanya kepada Sinar. Anak kedua dari tiga bersaudara ini, kini tinggal bersama orang tuanya di Manggung, RT 01 RW 08, Cangakan, Karanganyar.

Saat kuliah, Ulin pun sempat berjualan arem-arem yang dijajakan kepada para temannya yang tinggal di kos. “Umumnya mereka belum sarapan saat ada jadwal kuliah pagi. Jadi arem-arem adalah solusi dan peluang bagi saya untuk menambah uang saku. Setelah bosan dengan arem-arem, jualan jilbab juga saya lakoni,” imbuhnya. Ulin sempat aktif di beberapa organisasi kampus, seperti di HMJ  Pendidikan Bahasa Inggris dan Tadris Bahasa Indonesia (HMJ PBI & TBI) dan juga Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Keaktifan Ulin di organisasi tidak perlu diragukan. Sejak semester dua ia sudah aktif di HMJ dan di PMII. Hal ini ia lakoni agar mendapatkan jaringan pertemanan yang baru sekaligus untuk menambah pengalaman berorganisasi. Namun,  karena banyaknya job  mengajar les/ privat di sore hingga malam hari membuat ia kurang aktif di akhir periode.

Tak hanya prestasi akademik yang ia raih selama kuliah, Ulin yang memiliki hobi mengajar dan traveling pernah mengecap pendidikan akademik dan non akademik di Deakin University, Australia dalam Short Course Student Mobility Program 2016 yang diselenggarakan oleh MORA Scholarship Kementerian Agama Republik Indonesia. Ia pun pernah mendapatkan juara 3 Lomba Story Telling di Fairy Sale Competition pada awal semester.

“Menjadi wisudawan terbaik merupakan hal yang tidak pernah saya sangka karena saya sadar betul kalau saya ini bukan tergolong mahasiswa yang pintar dan rajin. Meskipun tidak bisa dipungkiri, saya selalu bermimpi ingin menjadi yang terbaik,” terangnya pada Sinar saat ditanya perasaannya menjadi wisudawaan terbaik.

“Menjadi wisudawan terbaik adalah kado untuk ibu saya yang sedang berulang tahun di bulan April. Saya merasa sangat senang dan bersyukur bisa mencapai di titik ini karena dukungan dari banyak pihak,” imbuhnya.

Kunci sukses yang sering Ulin terapkan hanya 3, yaitu “Berani, Percaya Diri dan Yakin”. Tiga kunci yang harus dipegang ketika ingin mewujudkan mimpi yang besar. “Ketika kita mempunyai impian yang besar maka kita harus berani mencoba. Setelah mencoba kita harus percaya diri. Kita harus percaya akan kemampuan kita. Karena kita sudah usaha yang terbaik. Terakhir, kita harus yakin dengan Allah. Allah akan memberikan yang terbaik di waktu yang tepat. Ketika berjuang jangan pernah berpikir perjuangan kita akan sia- sia. Semakin berat ujian yang kita hadapi, semakin manislah hasil perjuangan tersebut. Kalau sukses harus tetap rendah hati,” katanya.

Sang mantan sutradara dalam mata kuliah drama ini sudah merencakan untuk segera melanjutkan studi ke jenjang master. “Setelah lulus dari IAIN, saya ingin melanjutkan studi saya ke Australia untuk mendapatkan M.Sc in TESOL lewat jalur beasiswa yang full funded alias gratis. Saya ingin menjadi pendidik yang bisa mendidik dengan baik keturunan saya kelak dan juga menjadi pendidik untuk anak bangsa,” pungkasnya. (Yin/ Humas Publikasi) #BanggaIAINSurakarta