Isni dan Clara, Srikandi IAIN Surakarta di PIONIR VIII Aceh

SINAR- Pekan Ilmiah, Olahraga, Seni dan Riset (PIONIR) ke-VIII Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Se-Indonesia yang diselenggarakan di UIN Ar Raniry Banda Aceh, telah mengantarkan dua mahasiswi IAIN Surakarta menuju prestasi terbaiknya. Adalah Isni dan Clara yang keduanya bergelut dalam bidang olahraga. Isni berhasil merebut juara tiga dalam pertandingan bulutangkis tunggal putri. Sedangkan Clara meraih juara 3 panjat dinding dalam kategori speed maupun lead.

Cintia Isni Mufidah yang akab disapa Isni, sebelumnya telah memperoleh kejuaraan dalam ajang PIONIR VII yang diselenggarakan di Palu dan juga berhasil memperoleh medali emas dalam PORSENI Se-Jawa Madura yang diadakan di Tulungagung satu tahun yang lalu.

Isni mengaku menekuni bulutangkis sebagai hobi yang sempat dikenalkan oleh orangtuanya sejak masih kecil. Ketertarikannya dalam cabang olahraga inilah yang akhirnya membawa dirinya mampu berprestasi di kancah nasional seperti PIONIR ini, disamping rutinitas kuliah yang hingga saat ini masih duduk di semester 6 jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Kemenangan yang berdampak pada perjuangan sebagai juara bertahan, tentu membuatnya memikul beban yang tidak ringan. Sebab, telah menjadi rumus bahwa mempertahankan lebih berat daripada memperjuangkan. Sebagaimana peribahasa; mencegah lebih baik daripada mengobati. Sama halnya dengan yang dirasakan Isni.

Pihaknya mengaku bahwa pada PIONIR VIII yang diselenggarakan pada 26 April hingga 1 Mei 2017 ini, ia berharap mampu memberikan hasil terbaik bagi IAIN Surakarta. Meskipun fakta di lapangan mengatakan lain, ia finish sebagai juara 3 setelah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sedangkan dalam cabang olahraga panjat dinding, adalah Agnes Clara Rahmawati yang menjadi bintang. Mahasiswi Hukum Ekonomi Syariah semester 8 ini berhasil membawa pulang dua medali perunggu untuk IAIN Surakarta.

Clara, yang masih aktif sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiwa (UKM) Mapala Specta mencoba menekuni cabang olahraga ini semenjak duduk di bangku kuliah. Ia mengaku bahwa kecintaannya terhadap dunia panjat ini tak lepas dari motivasinya yang ia sebut sebagai “rasa penasaran” agar terus mencoba untuk memperoleh kepuasan yang ia dapatkan ketika melakukan kegiatan memanjat ini.

Meskipun melalui perjalanan yang cukup melelahkan bahkan mengundang perih, tentu menjadi tantangan yang mengasyikan ketika dihubungkan dengan hobi dan kecintaan akan hobi. Sehingga, “perih” yang diungkapkan Clara merupakan simbol filosofis yang membuktikan bahwa wanita sesungguhnya memiliki kekuatan yang sama atau lebih daripada laki-laki. Terbukti dengan kewajiban seorang wanita yang kelak akan mengurus rumah tangga, urusan kerja, mendidik anak dan sebagainya. Hal ini merupakan pengibaratan, bahwa walaupun sosoknya sebagai wanita, justru baginya lebih baik menunjukkan kekuatan di balik kelemahan. Inilah salah satu prinsip Clara yang menjadikannya bermental tangguh sebagaimana kelihaiannya saat memanjat dinding.

Sosok srikandi kelahiran Sumatera Selatan, 5 Agustus 1994 ini berpesan kepada kita sebagai pejuang hidup, bahwa sejatinya kalah menang itu biasa. Yang terpenting adalah keberanian dan tanamkan semangat juang. Sebagaimana kehidupan, pasti terdapat liku-liku yang membuat kita harus terus berjalan. Meskipun lelah membuat kita harus beristirahat, namun jangan lupakan bahwa kita masih harus melanjutkan perjalanan. Maka, bangun strategi dan kekuatan. Pastikan kita sampai ke tujuan.

Isni dan Clara, sebagai pengharum nama kampus IAIN Surakarta juga memiliki harapan besar, bahwa kelak generasi penerusnya mampu mempertahankan posisinya sebagai juara betahan. Sehingga kemenangan bukan hanya berhenti pada mereka, namun kejuaraan itu semestinya mampu dipertahankan setelah susah payah diperjuangkan. Karena sejatinya kita akan dikatakan berlian jika kita mampu berusaha untuk keluar dari kubangan. (Muthi’ah-Gus/Humas Publikasi) #BanggaIAINSurakarta