MusWil BEM Se-Jateng dan DIY, Menjaga Keutuhan Pancasila Dari Paham Radikal

SINAR- Mendatangkan Prof. Jawahir Thontowi, Ph.D (Mantan Ketua MK RI), Syaiful Arif, M.Hum (UKP PIP RI) dan Esa Sukmawijaya yang mewakili H. Imam Nachrowi (Menpora RI), pembukaan acara Musyawarah Wilayah BEM se-Jateng dan DIY menggagas kembali untuk membumikan Pancasila di Era Digital dan Modern.

Ribuan mahasiswa yang hadir dari 25 Perguruan Tinggi se-Jateng dan DIY memenuhi Gedung Graha IAIN Surakarta, Selasa (26/9). Dalam open ceremony  tersebut hadir pula pimpinan IAIN Surakarta yang telah memfasilitasi pertemuan akbar mahasiswa itu guna membumikan lagi Pancasila sebagai Dasar Negara yang saat ini sedang dirongrong faham radikal yang bersifat sekterian.

Mengawali acara Presiden Dewan Mahasiswa IAIN Surakarta, Huda Rahman Hakim mengingatkan kita kembali bahwa tugas utama mahasiswa adalah agent of change dan selalu mengawal bangsa ini tetap bersama rakyatnya. “Pancasila adalah potensi bangsa ini untuk menajdi bangsa yang besar, untuk kita mahasiswa akan menjadi garda terdepan dalam menjaga Pancasila”, ucapnya.

Esa Sukmawijaya yang saat itu mewakili H. Imam Nachrowi pun ikut terbakar ketika mahasiswa siap menjadi garda terdepan dalam menjaga Pancasila. Esa juga dengan semangat kembali menggugah kesadaran para mahasiswa yang hadir untuk memahami makna Pancasila. “Bukan cuma dengan ucapan melainkan dengan pemahaman dan tindakan yang seiring dan sejalan.

Sedangkan Prof. Jawahir yang saat ini telah menjadi guru besar Universitas Islam Indonesia lebih menegaskan bahwa Pancasila harus dimaknai secara terpadu. “Dari ucapan, gerak dan tingkah laku”, tuturnya. Pancasila itu adalah dasar negara yang religius tapi bukan teoratik artinya bangsa ini adalah bangsa yang mengharuskan rakyatnya untuk bertuhan tetapi tidak menjadikan agama tertentu menjadi dasar negara”, lanjutnya.

Lebih jauh Prof, Jawahir menyinggung kasus Rohingya, ketika satu agama tertentu menjadi sebuah dasar negara yang akhirnya menjadi mayoritas maka yang minoritas akan terancam. “Itulah sebabnya para founding fathers bangsa Indonesia telah berupaya menjadikan negara ini bukan negara teokratik”, lanjut beliau. Sambil mengingat kembali bahwa bangsa ini besar bukan karena jumlah suku tertentu, bukan pula agama tertentu tetapi bangsa Indonesia besar dengan Bhineka Tunggal Ika-nya, besar karena wilayahnya yang berada di Sabang sampai Merauke, besar karena bersatu dalam NKRI”, tuturnya dengan berapi-api. Menurutnya para founding fathers juga dengan sadar dan penuh pengorbanan menghilangkan kata Islam di dalam kalimat Pancasila sebagai bukti pengejawantahan Bhineka Tunggal Ika. “Itu membuktikan bangsa ini bukanlah bangsa yang teokratik namun pula bangsa ini tidak akan memberi ruang kepada para Atheis”, ucapnya.

Senada dengan Prof. Jawahir, Syaiful Arif, M.Hum juga mengatakan Pancasila adalah kelima dasar yang saling mengait, saling mengunci, tidak bisa dipahami satu demi satu. “Sila Pertama menjelaskan sila-sila yang lain, begitu seterusnya sehingga merupakan satu kesatuan Pancasila”, katanya.

Sesuai amanah dari Rektor IAIN Surakarta, Dr. H. Mudofir, M.Pd,Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. H. Abdul Matin Bin Salman, Lc., M.Ag yang saat itu bersama Dr. H. Muh. Munadi, M.Pd selaku Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan mengatakan bahwa Rektor memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para mahasiswa yang dengan semangat menjaga keutuhan Pancasila demi bumi pertiwi yang sama-sama kita cintai ini. Dr. Abdul Matin juga menambahkan pesan bahwa IAIN Surakarta dalam setiap tes masuk perguruan tinggi selalu mengikuti regulasi dari pemerintah, artinya IAIN Surakarta juga tidak akan memebri ruang kepada calon mahasiswa yang tidak faham, gagal faham dan cacat ideologinya dalam memahami Pancasila.

Muswil yang akan berlangsung hingga 27 September 2017 menjadi momentum untuk menggerakkan kembali, mengasah kembali dan saling berkomunikasi antar mahasiswa sebagai pejuang pembela rakyat.”, ucap Muhammad Fain yang ditunjuk sebagai Presidium Nasional Wilayah Jateng dan DIY. Pancasila menjadi potensi bangsa yang tidak dimiliki bangsa lain, untuk itu menjaga Pancasila adalah Harga Mati. (Gie/ Humas dan Publikasi) #BanggaIAINSurakarta